Pengikut

Senin, 25 Juli 2016

Cinta Dalam Naungan Adat Istiadat Ep 4




Pagi yang cerah, tapi tak secerah hatiku. Pagi itu juga aku harus diculik seseorang di kantorku.
“Puspa! ikut aku” Kataku sambil menarik tangannya menuju gudang belakang.
“ Aduh, Sakit.. apa sih?” katanya
“ Kamu tahu tentang Pak Surya terhadap aku?” tanyaku
“ Soal apa?” Tanyanya pura – pura tidak tahu.
“ Jangan Bohong!” bentakku yang membuat dia gemetar
“ Iya, tapi semua teman sekantor juga tahu.” katanya
“Maksudmu?” Tanyaku tidak mengerti
“ Semua temanmu, Rossa, Dahlia dan Seruni juga tahu soal Pak Surya yang cinta sama kamu” katanya membuat aku tercengang dan Puspa pun meninggalkan aku sendiri di Gudang sempit itu.
“Sudah, terima sajalah Mel, kamu juga lagi jomlo kan?” kata Dahlia usai aku mengintrogasi tiga orang sahabatku yang kurang ajar itu.
“ Enak, saja!kau pikir aku apa, bisa jatuh cinta secepat itu! Tapi aku kecewa sama kalian….” jawabku.
“ Kenapa?” Kata mereka bertiga barengan.
“ Karena kalian ikut campur urusan percintaanku, kalian jahat!” bentakku
“ Ya, ampun… emang selama ini kamu tidak ikut campur urusan cintaku dengan Adi?” kata Rosa
“ Apalagi Andi” Sambung Dahlia
“ Sudahlah dia mencintaimu sepenuh hati kok!” kata Seruni
“ tapi kalau aku tak suka gimana?”
“ ya elah, cinta itu hadir karena terbiasa….lagi” kata Dahlia
“ sebenernya kita tak berniat menyinggung kamu Mel, tapi diantara kita berempat Cuma kamu yang jomblo, kebetulan banget kan ada yang mau mendekatimu, jadi kita kasi jalan” jelas Rossa
“ tapi kita tak berniat buat nyakitin hati kamu Mel…. Sekarang semua terserah kamu saja soal Pak Surya” Kata Seruni yang diikuti dengan pandangan ketiga temanku yang lain tepat dihadapanku yang membuat aku makin bingung.
            Cinta memang kadang terbit tak seperti matahari bisa di duga kapan. Walaupun aku tahu aku ingin punya pacar seperti sahabatku semua. Tapi kenapa aku merasa belum bisa menerima atau bahkan membalas cinta yang mungkin sudah didepan mata. Pak Surya atasanku yang pernah tersakiti oleh cinta mulai bangkit tapi aku belum menerimanya. Dia terlalu baik untukku.
            Selama seminggu setelah kejadian di Danau Tamblingan itu aku tidak pernah melihat Pak Surya masuk kantor lagi. Kemana ya dia? pikirku dalam hati, inginku tanyakan sama  teman – teman gak mungkin. Mereka sudah jelas-jelas merah padaku, saat tahu aku mengatakan menolak cinta Pak Surya waktu itu. Tapi surat sebanyak ini aku minta tanda tangan siapa? akhirnya kau tanyakan kepada Puspa. Tapi dia malah mengajak aku ke suatu tempat.
            Tempat itu aku kenal, Ubud tempat dimana Tante Nuri dan Pandu sepupuku yang malang berada. Tapi ngapain aku ke sini. Sampai disebuah rumah yang besar dan indah dengan ukiran Balinya, lengkap dengan Bale bengong, Pura dan halaman yang penuh padang rumput dan aneka bunga. Ada bunga Dahlia, anggrek, mawar, Jepun, sandat dan bunga putih harum itu Melati. Indah Sekali, rumah yang menjadi idaman semua orang. Aku dan Puspa di sambut baik oleh keluarga tersebut, sepertinya Puspa sudah sering ke sini. Mereka tampak akrab satu sama lain.
“ Tante, Dia siapa?” Tanya seorang anak kecil berumur kira – kira 8 tahun
“ Oh, dia teman Om Surya. Om surya dimana?” Sahut Puspa
“ Om Surya, oya siapa namanya?” Tanya anak itu lagi
“ Namanya Melati” Kata Puspa lagi
“ Melati, Tante Melati dia yang difoto itu kan? Tante pacar Om Surya kan?” kata anak itu
“ Dari mana Ade tahu itu?” Tanya Puspa dan aku pun menoleh
“ Om Surya sendiri yang bilang sama aku, tiap hari dia cerita tentang Tante, tiap hari juga dia menyebut nama Tante, Tapi kenapa tante baru datang” Kata Ade yang terlihat sedih
“ Kenapa, Om Surya Ade?” kataku sambil mendekati anak itu
“ Om Surya… mama, mama…” anak itu berlari ke dalam mencari mamanya.
“ Di mana Surya Puspa, katakan padaku?”pintaku pada Puspa tapi Puspa malah diam.
“ Kamu akan tahu suatu kebenaran Mel,”
“ Maksudmu?”
“ Surya, kecelakaan saat menjemputmu ke Singaraja dan sampai hari ini belum sadar” kata Puspa yang membuat aku seperti disambar gledek.
“Tidak mungkin, tidak mungkin” kataku semakin tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
‘Setiap hari dia hanya memanggil namamu dengan mata terpejam” kata Puspa
            Rasa yang aku rasakan semakin menjadi entah itu rasa cinta atau benci atau kesal atau marah. Aku tidak bisa bernafas lagi semua tidak pernah terpikirkan akan terjadi. Seperti inikah cinta. Diatas tempat tidur itu juga terbaring lemas Surya dengan perban di kepalanya. Aku tidak tahu apa arti perasaan ini. Kemudian masuk seorang ibu menyapaku “ Kamu Melati?” kita pun berbicara di luar.
            “ Sebelumnya saya minta maaf, karena  baru bisa menjenguk Pak Surya” Kataku dengan sopan dan selembut mungkin. Sepertinya ibu ini agak panatic dengan adat sopan santun.
            “ Oh, Gak apa – apa! Saya hanya minta tolong jangan sakiti Surya, dia sudah terlalu sering sakit hati, dia anak ibu laki – laki satu – satunya!” kata ibu itu sedih dan berlinangan air mata yang membuat aku makin tidak enak. “Mampus Aku!”pikirku dalam hati
            Kenapa aku tidak mau pacaran sampai sekarang, karena yang satu ini, berhadapan dengan ibu mertua, mau gimana ya? Belum lagi keluarganya. aku hanya bisa tersenyum terhadap ibu itu.
            Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk Ibu Pak Surya, apa yang aku lihat di rumah sakit seperti mimpi. Bagaimana Bos aku jatuh cinta dengan aku hingga tak sadarkan diri seperti ini. Jangankan punya perasaan dengannya, melihatnya di kantor saja rasanya seperti di Neraka. Sekarang tiba – tiba saja, aku adalah penyebab dia tak sadarkan diri begini. “ Mel, apa yang terjadi?” kata Dahlia yang daritadi tak aku membalas smsnya. Aku langsung memeluknya dan menceritakan semuanya koridor di koridor rumah sakit. “ Lia, apakah aku terlalu jahat? Aku tidak tahu kalau akan seperti ini jadinya”. Air mataku pun tak bisa dibendung lagi. Aku menangis bukan karena Pak Surya belum sadar, tapi aku tak mengerti harus berbuat apa, haruskah aku menerima cinta Pak Surya, haruskah aku berbohong dengan parasaanku untuk sementara, namun pada akhirnya Pak Surya juga akan begini.
 “ Dia Akan baik – baik saja Mel…” Kata Rosa yang tiba – tiba muncul di hadapanku. Dari kejauhan tampak seorang laki – laki dengan mata merah dan wajah marah menuju ke arahku dan menarik tanganku dan berbicara dihadapanku dengan nada kasar tapi “ Kamu orangnya.. tega…!.. Oh Melati Yang ini…. “ terhenti setelah melihat wajahku secara utuh.
“ Kak Pardi..?” aku tidak mengerti kenapa dia begitu marah padaku dan semua orang yang ada di sana segera memisahkan kita. Karena Kak Pardi sudah tambah marah begitu mengetahui aku penyebab sahabatnya sampai saat ini tidak sadarkan diri. Padahal aku yang selalu memberikan dia semangat dan anggapan bahwa masih banyak wanita yang lebih baik untuknya waktu aku berkunjung padanya sebulan yang lalu.“ Pembohong kau Melati… kau sama saja dengan perempuan sialan itu!” teriaknya,

Oh Tuhan, kenapa jadi seperti ini. Apa yang harus aku lakukan? Dalam keadaan situasi seperti ini aku tidak tahu harus pergi kemana. Sementara Pak Surya masih belum sadar, aku coba bicara dengan Tante Wari, Ibu Pak Surya yang hanya bisa memandangi wajah putra kesayanganya itu. Beliau hanya menangis dan tak menjawab pertanyaanku. Aku tak tahu harus berbuat apa… aku sungguh tak tahu kalau Pak Surya benar – benar serius padaku. Ingin rasanya aku skip hari ini dan langsung tahun depan karena benar – benar menyebalkan. Aku selalu pada pihak yang salah, padahal akukan tidak melakukan tindak kejahatan.
Aku pun pamitan dan tak tahu pergi kemana, satu hal yang ingin aku lakukan hanyalah menghilang. Aku resign dan meninggalkan Denpasar mungkin dalam waktu yang cukup lama.
6 Bulan Kemudian
Entah apa yang memberikan aku jalan, sampailah aku di kota kecil bernama Seririt, di sana aku mendapat pekerjaan pada salah satu perusahaan swasta. Bukan Melati namanya jika belum mendapatkan tantangan. Hari raya Galungan tiba. Hari yang paling aku tunggu – tunggu karena semua keluargaku berkumpul dari berbagai penjuru pulau Bali. Tapi ada rasa takut dihatiku karena nanti aku akan bertemu dengan Kak Pardi, sepupuku yang kecewa mati padaku. Sampai sekarang aku masih bingung apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku ditambah lagi sekarang aku dekat dengan Adi teman kecilku yang dulu pernah menjadi kekasih Dahlia, namun putus karena Adi memilih pergi ke Sulawesi melanjutkan kuliahnya atas biaya Kakaknya. Awalnya aku kesal dengan Dahlia dan Adi kenapa harus putus hanya karena terpisah oleh jarak, tapi mereka tidak sependapat dengan aku. Namun hal berbeda terjadi pada Rossa yang juga LDR tapi hubungan mereka tambah langgeng karena hubungn mereka yang awalnya backstreet bisa berjalan lancer tanpa ada kucing – kucingan lagi dari orang tuanya.
Kadang aku tertawa, aku merasa bahwa cinta itu aneh. Kak Pardi yang akhirnya melepas masa Lajangnya setelah bertahan 5 tahun sendiri setelah putus dengan kekasihnya dulu, akhirnya menikah juga dengan gadis dari golongan biasa beberapa bulan yang akan datang. Meski aku tahu Kak Pardi masih kesal denganku tapi aku senang karena dia telah berubah dan tak sakit hati lagi karena perempuan.
Suasana galungan yang masih ramai dengan aneka makanan khas galungan di Bali seperti dodol dan tape dari ketan hitam, kue uli, rengginang, satuh dan kue basah lainnya, begitu masakan khas Bali yaitu Lawar, sate lilit, urutan yang kaya sosis tradisonal tapi mantap, pesan dan Tum. Ehm… Yami, aku senang galungan karena beberapa hal tadi selain sukacita berkumpul dengan keluarga. Seluruh keluarga kakek berkumpul di bale bengong untuk membantu meghias sanggah dan membuat penjor untuk hari raya besok. Nenekkku sudah sibuk dengan aneka sesajen yang aku sendiri tak mengerti bagaimana cara membuatnya. Saat siang tiba, beberapa sodaraku dan sepupuku asyik berbincang – bincang begitu juga aku dan Kak Pardi. Awalnya aku takut menyapanya tapi “ Hei Mel, gimana kabarmu? Lama tidak ke Tabanan lagi?” sapa Kak Pardi sepertinya dia lupa kejadian itu. Karena merasa disapa duluan mau gak mau aku harus menyahut. Dalam hati aku ingin sekali menanyakan kabar Pak Surya, itung – itung menebus rasa bersalahku.
“ Oh yah, Mel.. kakak punya sesuatu untukmu!” kak Pardi menaruh janurnya dan berlari kekamar. Tak lama kemudian muncul dengan sebuah kertas berlipat seperti sebuah undangan. “ Apa ini kak? “ tanyaku.
“ Itu dari Surya buat kamu” kata Kak Pardi santai dalam hati aku berpikir kenapa dia memberikan undangan ini. Apa maksud undangan ini? Pikirku. Aku pun cepat – cepat memeriksa undangan itu dan tertulis nama calon kedua mempelai “ Wayan Surya Hadiyana dan Ni Made Puspa Anggraini “ Wow… Ternyata apa yang aku pikirkan tidak salah. Aku tak bisa mengekpresikan perasaanku yang berada antara senang dan tak percaya. Jadi siapa orang yang selama ini menjadi comblang dan juga seseorang yang benar – benar tahu bahkan lebih tahu seperti apa Pak Surya mengejarku menjadi pendampingnya.  Dalam hati aku berpikir jika kuasa Tuhan melebihi segalanya. Semua orang juga menyesalkanku, kenapa aku benar – benar tidak mau menerima Pak Surya walaupun dia begitu tulus padaku. Sampai masuk rumah sakit karena aku dan merelakan segalanya demi aku. Sementara aku sama sekali tak meresponnya dan malah pergi menghilang saat dia membutuhkanku.Itu semua kuasa Tuhan. Sejauh apapun Pak Surya mencari dan pergi dari kehidupan Puspa dan Puspa yang dingin itu juga tidak tahu jika akhirnya seperti ini. Tapi ternyata Pak Surya juga masih ingin berteman denganku walau kini Puspa telah menjadi pilihannya. Undangan ini menunjukkan jika mereka tak ingin mengingat terus kejadian masa lalu yang kelam itu dan mereka masih membuka pintu maaf untukku.
Dari jauh aku lihat kak Pardi tertawa kecil sambil melihat expresiku. “ what… gimana ceritanya?” seruku.
“ Sudahlah jangan disesali, cari pacar yang lain aja, udah terlambat!” ledeknya
“ Ye.. siapa yang nyesel, yang ada malah senang” sahutku sambil meledeknya balik. Seperti melayang diudara rasanya, lepas dari sangkar emas yang telah membuatku terperangkap ribuan tahun dan kini aku lepas dari rasa bersalah dan takut bertemu orang yang berhubungan dengan Pak Surya.
Kak Pardi pun bercerita bagaimana dia memahami kata – kata yang setahun yang lalu pernah aku sampaikan saat aku berkunjung ke rumahnya bahwa cinta itu tak harus memiliki, cinta yang indah itu adalah cinta yang membuat orang disekitarnya juga ikut bahagia, direstui dan dibangun atas dasar ketulusan. Jadi jika suatu saat kita menderita karena cinta cobalah untuk ikhlas dan move on. Jangan terus berkutat dalam kesedihan, masih ada orang disekitar kita, kelurga kita yang selalu mencintai kita. Setiap malam Kak Pardi mengingat semua itu dan sempat kecewa karena aku menyakiti hati Pak Surya Sahabatnya yang juga sebelumnya pernah sakit hati sepertinya hingga masuk rumah sakit. Tapi kejadian itu malah membuat Pak Surya menemukan siapa wanita yang selama ini benar – benar tulus mencintainya. Kak Pardi juga menyadari jika jodoh Pak Surya bukan gadis dari Tabanan dan bukan juga aku tapi orang yang sudah mencintainya hamper 10 tahun lamanya. Tapi rela menyembunyikannya karena ingin melihat Pak Surya bahagia. Mengetahui hal itu Kak Pardi berpikir, jika saat itu aku memaksakan diri untuk menerima Pak Surya dalam kebohongan pasti sahabat dan juga aku tak akan bahagia. Mendengar semua itu hatiku tambah lega.
“ Woowww.. padahal tujuan aku gak sejauh itu kok Kak.. aku Cuma gak suka sama dia itu saja.. aku gak tahu kalau…” kataku terputus karena Kak Pardi menutup mulutku dan berkata” kita semua tahu kok, itu makanya tak ada alasan buat kakak untuk menyalahkan kamu dalam masalah ini… justru kamulah yang telah membuka mata kakak dari awal tapi baru kakak sadari kini.” 
Kedatangan ak
u di acara resepsi penikahan Pak Surya dan Puspa teman kantorku membuat semua teman kantorku senang. Bagaimana tidak, mereka semua tahu bagaimana ributnya kantor yang aku tinggalkan begitu saja hanya karena menghindari atasan yang jatuh cinta padaku. Baru kali ini ada asistent seperti itu, dimana – dimana sebaliknya. Pak Surya dan Puspa mungkin sudah melupakan kejadian itu dan buktinya mereka sudah asyik bercerita tentang cerita – teman – teman kantor yang cukup seru setelah aku tinggalkan. Mereka berharap aku balik lagi ke kantor, menggantikan Puspa yang mau resgin.