Pengikut

Senin, 25 Juli 2016

Cinta Dalam Naungan Adat Istiadat Ep 4




Pagi yang cerah, tapi tak secerah hatiku. Pagi itu juga aku harus diculik seseorang di kantorku.
“Puspa! ikut aku” Kataku sambil menarik tangannya menuju gudang belakang.
“ Aduh, Sakit.. apa sih?” katanya
“ Kamu tahu tentang Pak Surya terhadap aku?” tanyaku
“ Soal apa?” Tanyanya pura – pura tidak tahu.
“ Jangan Bohong!” bentakku yang membuat dia gemetar
“ Iya, tapi semua teman sekantor juga tahu.” katanya
“Maksudmu?” Tanyaku tidak mengerti
“ Semua temanmu, Rossa, Dahlia dan Seruni juga tahu soal Pak Surya yang cinta sama kamu” katanya membuat aku tercengang dan Puspa pun meninggalkan aku sendiri di Gudang sempit itu.
“Sudah, terima sajalah Mel, kamu juga lagi jomlo kan?” kata Dahlia usai aku mengintrogasi tiga orang sahabatku yang kurang ajar itu.
“ Enak, saja!kau pikir aku apa, bisa jatuh cinta secepat itu! Tapi aku kecewa sama kalian….” jawabku.
“ Kenapa?” Kata mereka bertiga barengan.
“ Karena kalian ikut campur urusan percintaanku, kalian jahat!” bentakku
“ Ya, ampun… emang selama ini kamu tidak ikut campur urusan cintaku dengan Adi?” kata Rosa
“ Apalagi Andi” Sambung Dahlia
“ Sudahlah dia mencintaimu sepenuh hati kok!” kata Seruni
“ tapi kalau aku tak suka gimana?”
“ ya elah, cinta itu hadir karena terbiasa….lagi” kata Dahlia
“ sebenernya kita tak berniat menyinggung kamu Mel, tapi diantara kita berempat Cuma kamu yang jomblo, kebetulan banget kan ada yang mau mendekatimu, jadi kita kasi jalan” jelas Rossa
“ tapi kita tak berniat buat nyakitin hati kamu Mel…. Sekarang semua terserah kamu saja soal Pak Surya” Kata Seruni yang diikuti dengan pandangan ketiga temanku yang lain tepat dihadapanku yang membuat aku makin bingung.
            Cinta memang kadang terbit tak seperti matahari bisa di duga kapan. Walaupun aku tahu aku ingin punya pacar seperti sahabatku semua. Tapi kenapa aku merasa belum bisa menerima atau bahkan membalas cinta yang mungkin sudah didepan mata. Pak Surya atasanku yang pernah tersakiti oleh cinta mulai bangkit tapi aku belum menerimanya. Dia terlalu baik untukku.
            Selama seminggu setelah kejadian di Danau Tamblingan itu aku tidak pernah melihat Pak Surya masuk kantor lagi. Kemana ya dia? pikirku dalam hati, inginku tanyakan sama  teman – teman gak mungkin. Mereka sudah jelas-jelas merah padaku, saat tahu aku mengatakan menolak cinta Pak Surya waktu itu. Tapi surat sebanyak ini aku minta tanda tangan siapa? akhirnya kau tanyakan kepada Puspa. Tapi dia malah mengajak aku ke suatu tempat.
            Tempat itu aku kenal, Ubud tempat dimana Tante Nuri dan Pandu sepupuku yang malang berada. Tapi ngapain aku ke sini. Sampai disebuah rumah yang besar dan indah dengan ukiran Balinya, lengkap dengan Bale bengong, Pura dan halaman yang penuh padang rumput dan aneka bunga. Ada bunga Dahlia, anggrek, mawar, Jepun, sandat dan bunga putih harum itu Melati. Indah Sekali, rumah yang menjadi idaman semua orang. Aku dan Puspa di sambut baik oleh keluarga tersebut, sepertinya Puspa sudah sering ke sini. Mereka tampak akrab satu sama lain.
“ Tante, Dia siapa?” Tanya seorang anak kecil berumur kira – kira 8 tahun
“ Oh, dia teman Om Surya. Om surya dimana?” Sahut Puspa
“ Om Surya, oya siapa namanya?” Tanya anak itu lagi
“ Namanya Melati” Kata Puspa lagi
“ Melati, Tante Melati dia yang difoto itu kan? Tante pacar Om Surya kan?” kata anak itu
“ Dari mana Ade tahu itu?” Tanya Puspa dan aku pun menoleh
“ Om Surya sendiri yang bilang sama aku, tiap hari dia cerita tentang Tante, tiap hari juga dia menyebut nama Tante, Tapi kenapa tante baru datang” Kata Ade yang terlihat sedih
“ Kenapa, Om Surya Ade?” kataku sambil mendekati anak itu
“ Om Surya… mama, mama…” anak itu berlari ke dalam mencari mamanya.
“ Di mana Surya Puspa, katakan padaku?”pintaku pada Puspa tapi Puspa malah diam.
“ Kamu akan tahu suatu kebenaran Mel,”
“ Maksudmu?”
“ Surya, kecelakaan saat menjemputmu ke Singaraja dan sampai hari ini belum sadar” kata Puspa yang membuat aku seperti disambar gledek.
“Tidak mungkin, tidak mungkin” kataku semakin tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
‘Setiap hari dia hanya memanggil namamu dengan mata terpejam” kata Puspa
            Rasa yang aku rasakan semakin menjadi entah itu rasa cinta atau benci atau kesal atau marah. Aku tidak bisa bernafas lagi semua tidak pernah terpikirkan akan terjadi. Seperti inikah cinta. Diatas tempat tidur itu juga terbaring lemas Surya dengan perban di kepalanya. Aku tidak tahu apa arti perasaan ini. Kemudian masuk seorang ibu menyapaku “ Kamu Melati?” kita pun berbicara di luar.
            “ Sebelumnya saya minta maaf, karena  baru bisa menjenguk Pak Surya” Kataku dengan sopan dan selembut mungkin. Sepertinya ibu ini agak panatic dengan adat sopan santun.
            “ Oh, Gak apa – apa! Saya hanya minta tolong jangan sakiti Surya, dia sudah terlalu sering sakit hati, dia anak ibu laki – laki satu – satunya!” kata ibu itu sedih dan berlinangan air mata yang membuat aku makin tidak enak. “Mampus Aku!”pikirku dalam hati
            Kenapa aku tidak mau pacaran sampai sekarang, karena yang satu ini, berhadapan dengan ibu mertua, mau gimana ya? Belum lagi keluarganya. aku hanya bisa tersenyum terhadap ibu itu.
            Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk Ibu Pak Surya, apa yang aku lihat di rumah sakit seperti mimpi. Bagaimana Bos aku jatuh cinta dengan aku hingga tak sadarkan diri seperti ini. Jangankan punya perasaan dengannya, melihatnya di kantor saja rasanya seperti di Neraka. Sekarang tiba – tiba saja, aku adalah penyebab dia tak sadarkan diri begini. “ Mel, apa yang terjadi?” kata Dahlia yang daritadi tak aku membalas smsnya. Aku langsung memeluknya dan menceritakan semuanya koridor di koridor rumah sakit. “ Lia, apakah aku terlalu jahat? Aku tidak tahu kalau akan seperti ini jadinya”. Air mataku pun tak bisa dibendung lagi. Aku menangis bukan karena Pak Surya belum sadar, tapi aku tak mengerti harus berbuat apa, haruskah aku menerima cinta Pak Surya, haruskah aku berbohong dengan parasaanku untuk sementara, namun pada akhirnya Pak Surya juga akan begini.
 “ Dia Akan baik – baik saja Mel…” Kata Rosa yang tiba – tiba muncul di hadapanku. Dari kejauhan tampak seorang laki – laki dengan mata merah dan wajah marah menuju ke arahku dan menarik tanganku dan berbicara dihadapanku dengan nada kasar tapi “ Kamu orangnya.. tega…!.. Oh Melati Yang ini…. “ terhenti setelah melihat wajahku secara utuh.
“ Kak Pardi..?” aku tidak mengerti kenapa dia begitu marah padaku dan semua orang yang ada di sana segera memisahkan kita. Karena Kak Pardi sudah tambah marah begitu mengetahui aku penyebab sahabatnya sampai saat ini tidak sadarkan diri. Padahal aku yang selalu memberikan dia semangat dan anggapan bahwa masih banyak wanita yang lebih baik untuknya waktu aku berkunjung padanya sebulan yang lalu.“ Pembohong kau Melati… kau sama saja dengan perempuan sialan itu!” teriaknya,

Oh Tuhan, kenapa jadi seperti ini. Apa yang harus aku lakukan? Dalam keadaan situasi seperti ini aku tidak tahu harus pergi kemana. Sementara Pak Surya masih belum sadar, aku coba bicara dengan Tante Wari, Ibu Pak Surya yang hanya bisa memandangi wajah putra kesayanganya itu. Beliau hanya menangis dan tak menjawab pertanyaanku. Aku tak tahu harus berbuat apa… aku sungguh tak tahu kalau Pak Surya benar – benar serius padaku. Ingin rasanya aku skip hari ini dan langsung tahun depan karena benar – benar menyebalkan. Aku selalu pada pihak yang salah, padahal akukan tidak melakukan tindak kejahatan.
Aku pun pamitan dan tak tahu pergi kemana, satu hal yang ingin aku lakukan hanyalah menghilang. Aku resign dan meninggalkan Denpasar mungkin dalam waktu yang cukup lama.
6 Bulan Kemudian
Entah apa yang memberikan aku jalan, sampailah aku di kota kecil bernama Seririt, di sana aku mendapat pekerjaan pada salah satu perusahaan swasta. Bukan Melati namanya jika belum mendapatkan tantangan. Hari raya Galungan tiba. Hari yang paling aku tunggu – tunggu karena semua keluargaku berkumpul dari berbagai penjuru pulau Bali. Tapi ada rasa takut dihatiku karena nanti aku akan bertemu dengan Kak Pardi, sepupuku yang kecewa mati padaku. Sampai sekarang aku masih bingung apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku ditambah lagi sekarang aku dekat dengan Adi teman kecilku yang dulu pernah menjadi kekasih Dahlia, namun putus karena Adi memilih pergi ke Sulawesi melanjutkan kuliahnya atas biaya Kakaknya. Awalnya aku kesal dengan Dahlia dan Adi kenapa harus putus hanya karena terpisah oleh jarak, tapi mereka tidak sependapat dengan aku. Namun hal berbeda terjadi pada Rossa yang juga LDR tapi hubungan mereka tambah langgeng karena hubungn mereka yang awalnya backstreet bisa berjalan lancer tanpa ada kucing – kucingan lagi dari orang tuanya.
Kadang aku tertawa, aku merasa bahwa cinta itu aneh. Kak Pardi yang akhirnya melepas masa Lajangnya setelah bertahan 5 tahun sendiri setelah putus dengan kekasihnya dulu, akhirnya menikah juga dengan gadis dari golongan biasa beberapa bulan yang akan datang. Meski aku tahu Kak Pardi masih kesal denganku tapi aku senang karena dia telah berubah dan tak sakit hati lagi karena perempuan.
Suasana galungan yang masih ramai dengan aneka makanan khas galungan di Bali seperti dodol dan tape dari ketan hitam, kue uli, rengginang, satuh dan kue basah lainnya, begitu masakan khas Bali yaitu Lawar, sate lilit, urutan yang kaya sosis tradisonal tapi mantap, pesan dan Tum. Ehm… Yami, aku senang galungan karena beberapa hal tadi selain sukacita berkumpul dengan keluarga. Seluruh keluarga kakek berkumpul di bale bengong untuk membantu meghias sanggah dan membuat penjor untuk hari raya besok. Nenekkku sudah sibuk dengan aneka sesajen yang aku sendiri tak mengerti bagaimana cara membuatnya. Saat siang tiba, beberapa sodaraku dan sepupuku asyik berbincang – bincang begitu juga aku dan Kak Pardi. Awalnya aku takut menyapanya tapi “ Hei Mel, gimana kabarmu? Lama tidak ke Tabanan lagi?” sapa Kak Pardi sepertinya dia lupa kejadian itu. Karena merasa disapa duluan mau gak mau aku harus menyahut. Dalam hati aku ingin sekali menanyakan kabar Pak Surya, itung – itung menebus rasa bersalahku.
“ Oh yah, Mel.. kakak punya sesuatu untukmu!” kak Pardi menaruh janurnya dan berlari kekamar. Tak lama kemudian muncul dengan sebuah kertas berlipat seperti sebuah undangan. “ Apa ini kak? “ tanyaku.
“ Itu dari Surya buat kamu” kata Kak Pardi santai dalam hati aku berpikir kenapa dia memberikan undangan ini. Apa maksud undangan ini? Pikirku. Aku pun cepat – cepat memeriksa undangan itu dan tertulis nama calon kedua mempelai “ Wayan Surya Hadiyana dan Ni Made Puspa Anggraini “ Wow… Ternyata apa yang aku pikirkan tidak salah. Aku tak bisa mengekpresikan perasaanku yang berada antara senang dan tak percaya. Jadi siapa orang yang selama ini menjadi comblang dan juga seseorang yang benar – benar tahu bahkan lebih tahu seperti apa Pak Surya mengejarku menjadi pendampingnya.  Dalam hati aku berpikir jika kuasa Tuhan melebihi segalanya. Semua orang juga menyesalkanku, kenapa aku benar – benar tidak mau menerima Pak Surya walaupun dia begitu tulus padaku. Sampai masuk rumah sakit karena aku dan merelakan segalanya demi aku. Sementara aku sama sekali tak meresponnya dan malah pergi menghilang saat dia membutuhkanku.Itu semua kuasa Tuhan. Sejauh apapun Pak Surya mencari dan pergi dari kehidupan Puspa dan Puspa yang dingin itu juga tidak tahu jika akhirnya seperti ini. Tapi ternyata Pak Surya juga masih ingin berteman denganku walau kini Puspa telah menjadi pilihannya. Undangan ini menunjukkan jika mereka tak ingin mengingat terus kejadian masa lalu yang kelam itu dan mereka masih membuka pintu maaf untukku.
Dari jauh aku lihat kak Pardi tertawa kecil sambil melihat expresiku. “ what… gimana ceritanya?” seruku.
“ Sudahlah jangan disesali, cari pacar yang lain aja, udah terlambat!” ledeknya
“ Ye.. siapa yang nyesel, yang ada malah senang” sahutku sambil meledeknya balik. Seperti melayang diudara rasanya, lepas dari sangkar emas yang telah membuatku terperangkap ribuan tahun dan kini aku lepas dari rasa bersalah dan takut bertemu orang yang berhubungan dengan Pak Surya.
Kak Pardi pun bercerita bagaimana dia memahami kata – kata yang setahun yang lalu pernah aku sampaikan saat aku berkunjung ke rumahnya bahwa cinta itu tak harus memiliki, cinta yang indah itu adalah cinta yang membuat orang disekitarnya juga ikut bahagia, direstui dan dibangun atas dasar ketulusan. Jadi jika suatu saat kita menderita karena cinta cobalah untuk ikhlas dan move on. Jangan terus berkutat dalam kesedihan, masih ada orang disekitar kita, kelurga kita yang selalu mencintai kita. Setiap malam Kak Pardi mengingat semua itu dan sempat kecewa karena aku menyakiti hati Pak Surya Sahabatnya yang juga sebelumnya pernah sakit hati sepertinya hingga masuk rumah sakit. Tapi kejadian itu malah membuat Pak Surya menemukan siapa wanita yang selama ini benar – benar tulus mencintainya. Kak Pardi juga menyadari jika jodoh Pak Surya bukan gadis dari Tabanan dan bukan juga aku tapi orang yang sudah mencintainya hamper 10 tahun lamanya. Tapi rela menyembunyikannya karena ingin melihat Pak Surya bahagia. Mengetahui hal itu Kak Pardi berpikir, jika saat itu aku memaksakan diri untuk menerima Pak Surya dalam kebohongan pasti sahabat dan juga aku tak akan bahagia. Mendengar semua itu hatiku tambah lega.
“ Woowww.. padahal tujuan aku gak sejauh itu kok Kak.. aku Cuma gak suka sama dia itu saja.. aku gak tahu kalau…” kataku terputus karena Kak Pardi menutup mulutku dan berkata” kita semua tahu kok, itu makanya tak ada alasan buat kakak untuk menyalahkan kamu dalam masalah ini… justru kamulah yang telah membuka mata kakak dari awal tapi baru kakak sadari kini.” 
Kedatangan ak
u di acara resepsi penikahan Pak Surya dan Puspa teman kantorku membuat semua teman kantorku senang. Bagaimana tidak, mereka semua tahu bagaimana ributnya kantor yang aku tinggalkan begitu saja hanya karena menghindari atasan yang jatuh cinta padaku. Baru kali ini ada asistent seperti itu, dimana – dimana sebaliknya. Pak Surya dan Puspa mungkin sudah melupakan kejadian itu dan buktinya mereka sudah asyik bercerita tentang cerita – teman – teman kantor yang cukup seru setelah aku tinggalkan. Mereka berharap aku balik lagi ke kantor, menggantikan Puspa yang mau resgin.

Minggu, 06 Maret 2016

Cinta Dalam Naungan Adat Istiadat EP 3


Cinta telah menyatukan jiwa yang terpisah, cinta juga bisa mengahancurkan jiwa yang dulunya utuh. demikianlah cinta diciptakan Tuhan dengan berbagai masalahnya, karena manusia punya perasaan. Andi dan Rossa tetap langeng begitu juga Dahlia dan Adi mereka pacaran seperti biasa. mereka sering double date, bila ingin mengajak aku dan Pak Surya, bossku yang paling menyebalkan itu sering muncul kaya hantu. Hingga pada suatu moment seluruh staff hotel ikut liburan ke danau Batur. Kita merencanakan untuk bisa mendaki gunung batur yang dingin itu. Awalnya aku tidak ikut naik karena kakiku suka keram kalo jalan terlalu jauh. Tapi 2 sahabatku itu memaksa hingga akhirnya kita pun berangkat.



Entah apa yang terjadi antara mereka hari itu. Adi balik dengan muka masam dan sedih. Aku juga tidak tahu harus ngomong apalagi sama dia. Ah, pasangan yang malang baru juga pengen seneng di Hari Valentine malah layu. Lebih tidak enaknya lagi itu gara diriku.
Aku pulang dengan perasaan yang tak karuan. Antara kesal dan marah karena Adi membiarkan aku terjatuh demi mengejar kekasihnya, betapa aku tidak berharga dihadapannya. Bersalah, kenapa tadi aku pakai terpeleset, walaupun terpeleset tapi tidak harus jatuh dipelukan Adi juga dan tidak bersamaan juga dengan kedatangan Dahlia yang muncul tiba-tiba. Tapi kenapa juga, Adi teman aku juga, teman dekat dari kecil. Dahlia seharusnya tidak pergi dan berbagai dugaan dugaan lainnya. Berperang dengan perasaan yang tak jelas itu, diperburuk dengan sikap temanku yang lain yang mulai ikut-ikutan.
Sampai di kosan aku tidak dibukain pintu sama Rosa begitu tahu tadi aku jalan sama Adi dan entah kenapa dia juga tahu hal ini.” Rossa buka pintu, dengerin penjelasan aku dulu” teriakku.
“ Aku gak nyangka ya, kamu sejahat itu sama temen sendiri. Kamu tahukan Dahlia itu percaya 100% sama kamu. Dia juga cinta mati sama Adi. Kenapa kamu tega – tega nya kaya gitu sama dia” omel Rossa dari dalam.
“ Iya, aku tahu tapi buka pintu dulu. Kalo kamu masih menganggap aku teman, ayolah..  kebelet nih, gak tahan” teriakku lagi sambil memegang celanaku.
Setelah dibuka pintu langsung aku lari kekamar mandi.Hari yang aneh.
“ Jelasin apa yang terjadi” paksa Rosa sambil berdiri tak jauh dari kamar mandi.
“ Heran, aku kenapa cinta begitu rumit.. rasanya hidup aku gak serumit ini” sahutku dari dalam kamar mandi.
“ Sudahlah, kenapa kamu bisa kaya gini, jangan bilang karena kamu tidak laku” tebak Rosa mulai sidang yang tidak sah ini.
“ Ampun deh, Rosa. Kalo mau aku nyari pacar masih ada banyak yang nungguin aku di luar sana, buat apa aku ngambil punya temen sendiri, gila apa” kataku setengah teriak, emang ada yang nungguin benakku dalam hati, krik krik…
“ Terus, tadi di mall, ngapain sama Adi? “ bentak Rosa
“ Rosaku yang cantik, tadi aku kepleset dan mau jatuh terus dipegangin sama Adi, gara – gara Dahlia datang dia malah ngelepas tangan aku jadinya jatuh beneran deh aku, nih smpe sekarang masih sakit pantatku” ceritaku
“ Terus ngapain kalian di mall. Berdua lagi” Tanya Rosa bak jaksa penuntut ketua mengajukan pertanyaaan gugatan yang seolah-olah aku memiliki salah yang besar seperti membunuh orang atau sejenisnya.
“ Ya, ampun… aku sama Adi temen dari kecil dari SD gak mungkin aku jatuh cinta sama dia aku tahu dia luar dalem. Aku tadi anter dia beli hadiah buat Dahlia” jelasku sambil menarik nafas dalam-dalam karena menahan rasa kesal yang luar biasa sama semua teman-temanku yang mulai lupa pada kekuatan persahabatan kita hanya karena CINTA.
“ Berani apa?” ancam Rossa masih tak percaya juga dan aku hanya menarik bibirku sambil berkata:“ Terserah kalian percaya atau gak” dan Puspa menyelesaikan sidangnya.
            Siang yang panas alangkah sejuknya bila kepala aku tersiram air es. Oh sejuknya aku sedang makan di warung biasa dengan Puspa dan pak Surya. Tiba – tiba kepalaku dingin seperti diguyur air apakah hanya hayalan. Ternyata benar “ Jadi sekarang kau sudah melupakan persahabatan kita yang telah terbangun hampir 5 tahun. Kau mulai lupa dengan kita saat makan siang pun kamu sudah punya teman baru rupanya. Aku sudah gak tahan Mel, bila harus kau tusuk dari belakang begini. Kau rela Adi kamu ambil dari aku tapi kalo kau lupa dengan aku itu lebih kejam dari apapun?’ teriak Dahlia sambil menguyur aku dengan air es.
            “ Ahhhh.. Lia, cukup” bentakku tapi lia malah mendorong aku hingga jatuh dilantai dan kepalaku terbentur benda keras sakit sekali dan seketika aku merasa pusing dan aku tidak ingat apa – apa lagi.
            “ Mel, bangun bangun.. “ teriak seseorang padaku. Aku tersadar di ruangan rumah sakit kepalaku masih pusing setelah aku raba ada perban menempel dikepalaku. Di depanku ada Pak surya yang sedang gelisah memandangku.
“Aku kenapa?” tanyaku.
“ Untunglah kamu sadar, Mel.. malang sekali nasibmu. Kenapa kamu harus menderita karena cinta ckckck” ledek Pak Surya sambil geleng-geleng kepala yang membuat aku merasa aneh.
“ Mulai lagi nih, kemana Lia.. “ tanyaku
“ Tenang sudah ada aku, kamu gak akan di dorong lagi kok.. “ kata Pak surya sambil tersenyum merapikan selimutku. Kalau saat begini pak Surya bukan lagi aku pandang sebagai Boss menyebalkan. Apalagi nada bicaranya yang lembut dengan bahasa informal lengkap dengan aku kamu lagi. Dia tampak lebih tampan dan mempesona dibandingkan dengan saat di kantor. Hohoho.. aduh jangan.. jangan aku tidak boleh jatuh cinta sama om om itu.
Ternyata lukaku tidak parah dan aku boleh pulang tapi aku harus istirahat dulu dirumah. Besok adalah hari valentine hari kasih sayang, tapi nasibku tetap belum bahagia masih saja menderita karena cinta. Padahal selalu aku jauhi apa itu yang namanya cinta. Tapi kenapa cinta selalu mengikutiku Ha ahahaha :0
Pagi, melati J” senyuman dari seseorang sudah tak asing lagi bagiku menyambut hariku dihari Valentine itu dan aku masih terbaring lemas di temat tidur. Ternyata Rosa diikuti oleh Adi, dibelakangku juga ada Dahlia dan Andi.” Wah, Ngapain kalian?” Kataku Kaget.
“ Menurutmu?” Kata Rosa senyum – senyum melirik Andi saat itu juga Dahlia mendekatiku dan minta maaf atas apa yang terjadi kemarin. “ Semua itu karena aku sangat mencintai Adi, aku tidak mau kehilangan dia” katanya padaku.
“ Sudah, yang berlalu biarlah berlalu. Asal jangan kau ulangi lagi. Parah kau kemarin.. ah. Sekarang tanggung jawab nih, aku gak punya pacar sementara kalian sama pasangan semua dihari Valentine lagi agaghahah.. keluar kalian kalian.. “ brontakku sambil melempar selimut.
“ Ow.. tenang sobat kita sudah siapkan kok!” kata Adi tiba – tiba
“ Maksudmu?” kataku sambil memandang si Adi
“ Tada.. Ini lah Hadiah Valentine dari kita” teriak Rosa sambil mendorong Pak Surya atasanku yang menyebalkan itu.
“Apa?” kataku sedikit tidak percaya Pak Surya muncul dihadapanku sambil membawa seikat bunga.
“ Happy Valentine Melati.. Ini aku bawakan seikat Bunga kesuakaanmu Kamboja” keluar dari bibir Pak Surya dengan penuh ketulusan. Aku pandangi satu persatu sahabatku dengan penuh kecurigaan dalam hati “ Apa yang kalian lakukan Awas ya, setelah ini” gerutuku dalam hati
“ Terima dong Melati!” pinta Rosa dan aku pun mulai berpikir, jangan-jangan temen-temen aku diancam sama om-om ini untuk mendukung kejutannya yang tidak lucu ini.
“ Thanks Pak, hari kantor tutup ya? Kok Bapak bisa kemari?” kataku mengalihkan pembicaraan menutupi kekesalanku.
“ Ya, ampun mentang – mentang sakit. Hari ini hari minggu Neng, “ seru Andi
“ Oya..?” kataku yang membuat seisi ruangan tertawa mengakhiri adegan romatis dari Pak surya tadi.
“Baiklah, Rosa dan Dahlia lakukan tugasmu kita tunggu diluar Yah, “ Kata Adi mengajak Andi dan Pak Surya menunggu keluar. Sementara aku masih bingung mau ngapain mereka. Mataku ditutup oleh Lia kemudian naik mobil dan setelah sampai di suatu tempat yang agak dingin. Kemana Ya?
Ternyata setelah mataku dibuka aku baru sadar kalau aku berada di danau Tambilangan. Tempat dingin yang paling aku suka kalau pulang kampong.  Suara burung, gemericik air, angin semilir ditambah lagi bunga warna – warni ada juga bunga pecah seribu warna agak kebiruan yang sangat sering aku gunakan saat membuat canang di rumah sungguh menakjubkan. Di sekelilingku ada hutan belantara yang lebat dan hijau dalam perbukitan yang alami. Diatasnya ada kabut tipis yang menunjukkan betapa dinginnya tempat itu. Air danau yang biru dengan ombak kecil bila ditiup angin. Tanaman air pun bergoyang seperti ikut menari dalam  senandung alam yang damai. Saat itu juga aku dengar suara Sarasdewi menyanyikan Lembayung Bali. “ andai Jiwaku tak terbatas bebas melangkah mengulang waktu, hingga masih bisa kuraih dirimu…. “
Senyuman sahabatku dari tengah danau menyambut hatiku yang terasa teduh dan damai setelah terlepas dari semua himpitan dan batasan duniawi. Tuhan tak pernah menciptakan batasan itu, hanya manusialah yang membuatnya. Bukankah dimata Tuhan semua dipandang berdasar amal dan perbuatan bukan atas dasar tingkatan social atau kasta, agama, ras atau apapun itu yang membuat semua yang susah jadi tambah susah. Sudahlah lupakan sejenak itu aku mau mancing ikan dulu keliahatan lebih seru.
Selama perjalanan 2 orang temanku itu selalu manja dengan pasangannya masing – masing membuat aku geram. Peserta naik gunung ada 15 orang dengan seorang pemandu genap 16 orang. aku jalan sendiri ditengah dua sahabatku yang aneh itu. Begitu juga Adi dan Dahlia. Yang aku tahu Adi tidak seromantis itu dulunya. kenapa kini jadi Romantis gila gitu.
‘ Sayang, Bunga ini bagus deh buat kamu” kata Adi pada Lia sambil memetik bunga itu dan memasangkan di telinga Lia. Lia dengan kedipan matanya makin klepek – klepek dan aku mau muntah Ueeek.
“ Oh, Makasih, sayang’ Jawab Lia lembut dan aku melihatnya sambil geleng-geleng kepala.
Lain lagi ceritanya dengan Rossa dan Andi. Mereka lebih sering pengangan tangan ketika berjalan ditempat licin.
“ Hati- hati, sini aku gendong!” Pinta Andi dengan sigapnya
“ Aduh, gak usah aku bisa kok”sahut Rosa malu – malu
“ Sini!”sambil menggangkat Rosa dan Rosa berteriak dengan manjanya hingga lewat tempat becek baru Rosa diturunkan dengan canda tawa.
“ Ampun, apalah artinya aku. Kenapa aku ikut kesini kalo hanya untuk jadi obat nyamuk” teriakku sambil memukul kepala. Seketika itu tanganku dipengang seseorang ketika ku menoleh aku lihat seorang pemuda, tinggi. rambutnya belah dua tidak gendut dan tidak kurus, perfect. kelihatannya dia seorang intelektual yang bertitle tinggi. siapa dia? sepertinya aku kenal?
“ Apa yang kau pikirkan hingga memukul kepalamu sendiri?” seru si cerewet Surya aku masih terdiam dan tak bisa menjawab karena kaget.
“ Oh, Bapak, saya..’kataku terputus.
“Sudah aku peringatkan jangan panggil aku Bapak, aku belum punya anak! ayo.. ngapain disini, diatas jauh lebih indah” katanya sambil menarik tangan aku.Pak Surya memang bukan Bapak – Bapak, wajahnya masih tampan, kulitnya putih dengan rambut belah yang membuat dia begitu mempesona seperti yang sering dikatakan Rossa. Umurnya pun tidak beda jauh denganku, dia masih cukup muda.
Kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampai puncak. Puncak yang sangat dingin dan tampak jelas danau Batur yang sangat indah berwarna biru dengan pinggiran hijau. Jeruk bali dan bunga Pecah seribu menambah indahnya tempat itu. Ingin aku menulis puisi tentang indahnya anugrah Hyang Widhi saat ini. Akankah semua ini abadi? seperti cinta orang tuaku yang abadi hingga aku sebesar ini. Akan ku abadikan dalam puisiku yang berjudul Danau Batur. Saat menulis puisi tiba – tiba aku kepikiranan tadi kenapa Pak Surya tiba – tiba ada dibelakangku. Aneh. Tak lama kemudian rombongan mulai turun, Karena kabut mulai menutupi pemandangan indah tersebut. Didepanku masih juga kulihat secara tidak sengaja dua sejoli Adi dan Dahlia dengan kemesraannya, aku pun berhenti dan membiarkan mereka jalan duluan.
‘Hai, Mel. kenapa diem ayo jalan” sapa Rosa yang lagi jalan sambil rangkulan dengan Andi yang tersenyum disampinganya.
             ‘Sial… “ kataku kenapa keluar dari lubang buaya masuk mulut harimau.
“ Kenapa kamu Melati” seru Seruni dengan pasangannya juga yang juga lewat dihadapanku melihat mukaku cemberut.
“Gila aku benar – benar salah tempat, kenapa semua dengan pasangannya. Awas kalian berdua, kalian telah membuat aku jadi orang asing disini” Umpatku dalam hati. Setelah beberapa lama kemudian aku pun berjalan. tiba di sebuah persimpangan aku pun mememilih jalan lurus. Tapi kenapa jalan ini melewati perumahan penduduk yang tadi tidak aku lewati. Aku pun berjalan terus tidak sadar mulai tersesat. setelah beberapa saat aku mulai takut dan berlari balik kearah sebaliknya karena maresa ganjil dengan jalan ini. Aku dimana ini? kataku dalam hati.
Kakiku menginjak kubangan, mulai aku rasakan dinginnya air gunung itu. Hah?sepatuku basah. aku pun melajutkan berlari. Setelah sampai dipersimpangan terakhir aku tadi aku berhenti karena kakiku tidak bisa bergerak lagi. Aku pun duduk, dingin mulai menyusup. Nafasku tersengal – sengal, kepala pusing dan mulai sadar aku ketinggalan teman – teman. Aku lihat handphone, tidak ada singal sama sekali padahal hari mulai sore. Aku pun berteriak. tapi hanya sekali karena mulutku mulai bisu. Oh.. Tidak, Tuhan Selamatkan aku. Tiba – Tiba terasa hangat. aku pun tertidur.
Aku terbangun, didepanku ada api ungun dengan sosok yang aku lihat tadi pagi.
“Pak Surya!” Seruku, dia menoleh dan mendekatiku.
“ Kau sudah bangun? Kau tadi kedinginan dan tertidur, maaf aku merangkulmu tadi” katanya yang membuat aku malu.
“ Oya?” Kataku kaget.
“ Hm, minum susu hangat itu. ntar kalau matahari terbit akan ada yang menjemputmu”katanya dan aku pun mengikuti perintahnya.
Sejak hari itu perhatian Pak Surya beda padaku. Dia jarang marah bahkan sering sms sekedar menanyakan sudah makan dan kita suka makan sianga bareng. Sering aku tanyakan kenapa kamu seperti ini padaku mempertimbangan posisi dia di Kantor sebagai atasan aku. Dia hanya menjawab “ tak ada salahnya kita jalan sama teman kan?”. “ Tapi yang lain juga teman, kenapa aku lebih sering jalan sama Bapak daripada Anda dengan yang lain, aneh tahu”. Dan dia hanya tersenyum. saat aku mulai menghindar selalu berhasil dia temukan aku. Suatu saat aku tidak masuk kantor 2 hari karena pulang ke Singaraja untuk menenggok Nenek yang lagi sakit. Handphone aku mati, tapi tak ku duga, Pak Surya malah datang ke rumahku. Alangkah kagetnya diriku dan orang tuaku langsung menjamunya dengan hormat begitu tahu dia bosku.
Aku pun makin gerah dan hari itu juga aku balik ke Denpasar. Pak Surya pun ikut serta dengan terus mengomel selama perjalanan. Hingga akhirnya kami berhenti di pinggir Danau Tamblingan yang dingin apalagi hari itu sedang mendung.
“Shut up!” Bentakku.
“ Kenapa? Salah aku ke rumahmu sebagai seorang sahabat”jawabnya
“ Apa maumu Pak Surya Hadiyana terhormat?Kenapa kau ingin menjadi sahabatku?” Bentakku langsung dihadapannya dengan perasaan yang bercampur aduk.
“Aku tidak mau jadi sahabatmu jika kerjaanmu selalu menggangguku terus!Apa maumu?” kataku lagi tapi Pak surya malah diam tak bicara melihat aku mengamuk. Terlihat dia canggung dan terbata – bata untuk menjawabnya.
“ Kalau tidak bisa jawab menjauhlah dariku, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan, mengerti?” kataku dan pergi meninggalkan dia pergi.
“Tunggu!” katanya kemudian menghentikan langkahku.
“ Melati, Aku.. aku suka kamu?”katanya kemudian yang membuat aku kaget, jadi selama ini dia melakukan semuanya, semuanya mulai dari sering mengikuti aku kemana pun aku pergi, makan siang, di rumah sakit, di Batur hingga pulang kampong? pikirku dalam hati. Aku pun tidak tahu harus menjawab apa, haruskah aku mengatakan jawabannya sekarang, tapi jika tidak aku terlihat memberi harapan. Jika aku tidak menjawab sama artinya aku telah mempermainkan perasaannya. Akhirnya….
“Tapi, aku tidak suka dengan Bapak!” kataku dan aku berlari pergi meninggalkannya sendiri. Mungkin kata – kataku sangat tidak berperasaan.
Bersambung

Selasa, 12 Januari 2016

Cinta Dalam Naungan Adat Istiadat Ep 2



Beruntung Dahlia masih bisa diselamatkan. Karena dosis masih rendah, pasti dia patah hati lagi. Inikah tujuan kita memilki seorang kekasih? Seperti orang bilang jatuh cinta itu indah, tapi satu hal yang harus kita pahami, apabila orang sudah jatuh pasti akan sulit untuk membangunnya lagi. Untung ada Rosa dia menggantikan aku untuk menjaga Lia selama aku ke Tabanan. Kakakku yang satu ini pun bernasib sama, aku harus menemuinya sebelum dia melakukan hal yang sama.
Suasana kota Tabanan yang sejuk dan segar membuat aku terhanyut dalam kenyamanan yang selalu ku nantikan selama di Denpasar. Aku pun sekalian liburan di sana. Tante Nuri yang sudah puluhan tahun di Tabanan menyambut aku dengan sukacita. Kehadiranku seperti memberi warna baru dalam keluarga itu. Maklum Tante Nuri tak punya anak perempuan. Sepupuku Kak Pardi dan Pandu yang baru berumur 8 tahun pun senang sekali aku datang seperti pulang kampung di sambut sama adik sendiri. Pandu pun mulai dengan kemanjaannya dia tidur sama aku selama aku di sana.
“ Kak Pardi.. kenapa melamun aja?” sapaku sore itu, saat itu dia sedang termenung dengan rokok di jarinya.
‘ Hei… Melati.. kapan datang?” sahutnya dengan senyum.
“ Tadi siang.. gimana kabar kak?’ tanyaku lagi.
“ Kabar?.. begitulah… kamu gimana pekerjaanmu? Enak dong sudah kerja sekarang, mana pacarmu?” ledek dia yang tentunya membuat aku menghembuskan nafas dalam-dalam dan membuangnya alias aku Cuma tak punya satu pun jawaban.
“ Yah.. kenapa Tanya yang itu sih… sudah ah aku mau ke kebun belakang lihat strowbery, sama Pandu.. kak ikut ya!” pintaku
Kami pun berangkat ke kebun belakang rumah, alunan seruling Bali yang membayangkan bagaimana suasana pedesaan yang mendekati surga itu.  Aku dan sepupuku pun menikmati indahnya udara sore itu. Tak lama kemudian aku pun tiba di sungai, airnya segar seperti air suci ditengah gurun pasir, segar dan suci. Aku pun membasuh muka tanpa ku sadari Pandu sudah berteriak – teriak bermain dengan air sambil memperagakan jurus poweranges  kartun favoritnya.
Tak lama kemudian aku pun menuju beberapa hamparan pohon strowbery yang tampak merah , matang dan gemuk, aku pun tanpa mencucinya langsung menikmatinya. “ Heh.. Mel.. Cuci dulu “ teriak Tante Nuri yang tiba – tiba muncul dengan keranjang kecil berisi snack, makanan khas bali jaje kukus( ketan item di kukus terus di isi gula merah dan parutan kelapa) di tambah lagi teh manis yang masih hangat. Kami pun menyerbu apa yang dibawa tante Nuri. Tante Nuri pun dengan lincahnya membagikan makanan itu. Hal seperti inilah yang sudah lama aku rindukan bersama keluargaku. Saat aku memutuskan untuk tinggal di Denpasar, maka waktu berkumpul dengan keluarga adalah saat-saat yang paling berharga, tak ada lagi omelan ibuku yang menyuruhku ini itu, tidak ada lagi ujian-pujian bapakku yang selalu membuat aku besar kepala. Aku hanya tak mengerti, kenapa Bapakku bangga sekali punya anak yang seperti aku, putri pertamanya yang paling cantik, hal ini berbeda dengan ibuku. Beliau lebih suka marah kepadaku daripada menyanjungku atau memberikan aku penghargaan karena juara kelas atau menang lomba antar kelas waktu aku masih sekolah dulu.
Cerita tentang keluargaku nanti lagi, sekarang aku mau mengisahkan cerita Kak Pardi dulu. Dari jauh tampak Paman Punia membawa seikat rambutan merah dan sebatang buah Kasa yang sudah menguning. “ Wah paman, dapet dimana, buah itu?” tanyaku sambil merampas bawaan pamanku yang baik hati itu.
“ Paman tahu kamu datang jadi buah ini paman sisakan buat kamu…” jawab paman lengkap denga gelak tawanya yang lucu itu.
‘Hahahaha..’ aku pun ikut tertawa.
“Hahhaha…” tanpa disangka kak Pardi tertawa setelah aku tertawa.
“ Kenapa Ketawa?”Tanyaku
“ Ngetawain ketawa mu lucu.. hahhaha” jawabnya sambil mengunyah kue Kukus. Aku pun langsung melempar dia dengan kulit buah Kasa. Terjadilah adegan kejar kejaran yang membuat aku terjatuh di antara timbunan tanah bekas panen kentang. Meraka pun makin seru tertawa. Tapi aku pun terus mengejar. Hingga sampailah di pinggir sungai Kak Pardi mampu ku taklukkan. Dengan pura – pura terjatuh. Dan dia pun menggendongku karena kakiku sakit.
“Kak… sekarang kakak jarang di rumah yah?” tanyaku mengawali pembicaraan.
“ Kata siapa?” Tanya kak Pardi lagi.
“ Tuh tante bilang… main mulu ya… kemana? Ikut dong..”Kataku tak mau kalah
“Hm… mau tahu aja!..” sahutanya pendek sambil menurunkan aku di pinggir kali yang jernih itu.
“ Kak, masih sakit hati ya? Karena Mbok Desak? Aku ngerti kok..” kataku  tapi kak pardi tak menyahut bahkan seperti takut memendangku.
“ Tapi bukan berarti hidup kakak berhenti sampai di sini kan?” desakku agar dia mau bercerita.
“ Sulit Mel.. tidak seperti yang kamu pikir.. dia selalu mengisi pikiranku.. ia pergi bukan kerana kemauannya, karena adat desa kala patra…yang tidak bisa dihindari Melati?” kata Kak Pardi seperti keluar dari hati yang terdalam. Aku pun binggung jawab apa.
“ Terus kak mau ngapain? Mau terus menunggunya, dan kak yakin jika dia juga memikirkan kakak seperti kakak memikirkan dia, kasihan Tante, Paman, Pandu juga..  Mereka tidak tega, mereka sakit hati juga melihat kakak begini!” kataku sok tahu padahal aku juga tidak tahu benar atau tidak.
  Sudah.. ayo kita pulang sudah sore banget ntar keburu datang kabut!” katanya mengalihkan pembicaraan. “ Nges, nges.. susah payah cari jawaban ujung – ujungnya nggak dihirauin” pikirku dalam hati. Tapi tidak apa yang penting aku sudah berusaha mengajak dia bicara, walaupun hasilnya nihil.
Sudah kuduga tante Nuri pasti akan menanyakan hal ini, tugasku ini sangat aneh kenapa aku harus jadi dokter cinta padahal aku sendiri belum pernah jatuh cinta. Pernah pacaran tapi satu minggu jadian putus itu pun waktu SMP.  Pacar kedua minta putus sendiri setelah 3 bulan bertahan denganku karena aku cuekin itu pun waktu SMA. Kuliah aku lengkap dengan perjodohan yang tidak jelas oleh orang tuaku karena kau tak tertarik begitu juga dengan pasanganku. Dua tiga kali pun ada cowok tetanggaku yang main ke rumah buat mendekatiku. Tapi aku tinggal nonton dengan teman – teman akhirnya dia ditemani bapak aku atau nenek aku. Cerita – cerita mereka pun asyik kelihatannya. Namun dia jera juga datang ke rumah dan pulang sendiri tanpa pamitan. :D wkwkwkkwk sejak saat itu taka da lagi laki-laki yang mau bermain ke rumahku hanya untuk mendekatiku.
“ Bangun… “ seruan itu aku dengar dari balik selimut “ Bangun, pemalas..” teriak Pandu, sambil menarik selimut dan menarikku mengajak ke luar rumah. “ Aduh.. Pandu.. mau Kemana?” Tanyaku.
“ Ayo, Lari pagi… “ seru Pandu. Aku pun langsung cuci muka dan langsung mengikuti Pandu dan Kak pardi yang sudah duluan di jalan raya. Jalan ini prĂ©cis sama dengan jalan di Desaku, bersih rapi dan segar. Aku jadi teringat dengan Adi, teman Kecil yang aneh itu yang kini lagi dekat dengan Dahlia. Dan aku yakin sebentar lagi mereka jadian. Dulu aku suka lari pagi dengannya. Walaupun cowok dia suka olahraga di pagi hari bahkan bela – belain bangun aku pagi – pagi sekali. Tapi tidak tahu apakah sekarang dia masih seperti itu atau tidak.
Liburanku usai sudah, aku pun harus kembali ke kantor karena manajer baru itu selalu menanyakan aku tiap kali masuk kantor lewat Rossa. Sampai – sampai mereka bilang kalau aku dan Pak Surya ada apa – apa. Saat pamitan tiba biasa tante Nuri memenuhi tasku dengan berbagai oleh – oleh buahlah, kacanglah, kripiklah dan berbagai makanan penganan lainya. “ Tante gak ada tas yang lebih gede?’ tanyaku sambil tertawa.
“ Ada.. pakai ini saja. tenang saja nanti Pardi yang antar kok sampai di terminal. Ini lagi roti buat sarapan, yah! jangan telat makan kamu sudah kena Maag itu!’ nasehat Tante Nuri.
“ Tante.. sudah cukup, nanti Pandu maem apa,, aduh.. kumat deh ah.. tante sudah, aku gak mau ke sini lagi” ancam aku. Tanteku sudah lebih parah dari Ibuku bila aku berangkat ke Denpasar. Semua perbekalan mulai dari makanan, bahkan kadang alat-alat memasak dimintanya aku untuk membawa ke kosan aku, katanya biar gak beli lagi dan aku bisa memasak dan menghemat biaya bulanan. Benar juga sih, karena ada alat masak seperti Magic Com atau pengahangat air aku jadi lebih suka masak diKosan daripada jajan di luar.
Akhirnya aku pun Tiba di denpasar dengan selamat. Aku masih ingat kata kak Pardi lewat sms “ terima kasih adikku, semoga kamu bisa menemukan cinta sejati yang tulus mencintaimu. Kamu telah membuka mata kakak, jaga dirimu’ aku pun tersenyum bis pun melaju Denpasar. Sambutan meriah aku terima dari Adi dan Rosa yang dari tadi katanya menunggu aku di Kos. Katanya mereka mau nonton bareng sayangnya aku capek dan tidak bisa ikut.
Pagi yang cerah tapi kelihatanya tak secerah kantor karena pagi aku di penuhi oleh tugas tidak jelas dari manejer aneh ini.  Tapi kenapa aku saja kan masih ada karyawan yang lain.
“ Asyik liburannya?” sapa Pak surya pagi itu yang nongol begitu saja dihadapanku.
“Hm, Iya.. pagi pak” Sahutku kaget.
“ Lain kali sekalian aja ambil cuti yang lebih lama.biar saya siapakan pesangon untuk anda.” Kata Pak Surya yang membuatku kaget minta ampun sambil berlalu keruangannya.
Gila itu manager baru juga sebulan sudah berani mengaturku seperti itu. Memangnya apa salahnya aku ngurus keluarga dulu. Kalo gak inget – inget bayaran kosan bulan depan aja aku langsung resign dari hadapanmu.
Di ruang rapat yang sunyi senyap dengan tembang pidato dari pak Manager membuat aku mengantuk hebat. Betapa terkejutnya saat aku mendengar namaku disebut. “Melati, bisa tolong ambilkan file saya yang ada diatas meja tadi terlupakan”katanya. “ Baik Pak” sahutku sambil berjalan keluar.
Huh, kukira dia sadar akan kelelahaku. Begitu aku balik rapat sudah mau kelar dan file yang aku bawa tidak jadi dipakai. “ Pak, ini filenya” kataku. “ Terima kasih,Mel mari ikut keruangan saya ada sesuatu yang harus kamu kerjakan” sahut Pak Surya dan aku pun hanya bisa mengikuti perintahnya.
Sampai diruangannya aku langsung dihujani oleh file – file yang harus aku rekap. Baiklah Pak jawbaku dalam hati. Saat kembali ke meja Puspa melirikku. “ banyak kerjaan ya?” katanya
“ Iya nih” jawabku pendek. “ Sama ini… “ sahutnya sambil melirik tugasnya juga. “ Oh MG, kau dapat juga” Kataku heran. “ Kamu baru masuk sih aku dari kemarin sudah hujan kerjaan kaya gini “ gerutunya dan baru kali ini aku melihat dia ngomel karena kerjaan. “ Oya, Puspa, ntar makan siang bareng yuk!” ajakku. “ Boleh.. makan sate lilit diwarung sebelah yuk” ajaknya. “ Boleh.. J” dalam hati aku bertanya tumben nih anak nyambung sama orang, kenapa ya?.
Sedang asyik menikmati sate lilit tanpa ku duga Pak Surya ada disebelahku sambil berkata “ Lezat nian, kok gak ngajak – ngajak sih?. Kagetnya diriku sampai keselek dan aku pun terbatuk.
“ Wah, pelan – pelan masih ada kok satenya “ kata Pak surya lagi. Sambil meneguk air aku pun menarik nafas. “ Lho Pak kok disini? “ kataku
“Emang kenapa, kan aku selalu ada dihatimu?” gombal yang membuat aku makin bingung sementara Puspa disebelahku hanya tersenyum.
“ Pak satu porsi lagi sate sama nasinya ya!” kata Pak surya pada tukang sate. Aku pun menjadi tidak nyaman makan dengan atasan strik kaya dia, jangan – jangan gaya makanku juga dikomentari sama dia.
“ Oya, Mel bagaiman kabar Rosa sudah baikan dia, kapan bisa kerja lagi?’ Tukan apa yang aku pikirkan kejadian, ini orang gak akan mau deket sama orang kalo tidak ada maunya.
“ Oh, besok dia sudah balik dari rumah sakit kok” jawabku
“ Kasian si Lia sampai kaya gitu karena cinta “tambah Puspa mulai bersuara
“ Itulah pejuang cinta sejati namanya Puspa, gak kaya kamu baru aja tumbuh udah layu lagi kapan berkembangnya” sahut pak Surya yang membuat aku hanya bisa tersenyum. Tampak seperti sudah berpengalaman soal cinta.
“ Cinta sejati sesungguhnya tak akan kemana pak, kalo sudah jodohnya tak kan lari “ sahutku
“ Iya, ngapain harus pake bunuh diri segala, semua itu tak akan menyelesaikan masalah malah menambah masalah kan??” sahut Puspa lagi
“ tapi cinta sejati tak akan datang tanpa diperjuangkan kan? Contohnya kalian berdua, hm hidup kalian gak ada tantangan karena cinta kalian jauh semua ckckkck.. “ kata Pak Surya  sambil menikmati makanan di siang yang terik ditambah lagi dengan es kelapa muda yang segar.
“ Cie.. pake mojokin kita berdua. Emang bapak sudah punya pacar?” kataku tak mau kalah
“ Iya nih, bukanya kemarin baru aja putus, perjuangin tuh cinta sejati” kata Puspa keliahatan mereka sudah kenal lama.
“ Oh,ya? Tragis… “ seruku sambil merapikan tempat duduk mau kembali ke kantor.
“ Hemm.. kalian membuka luka lama” sahutnya kesel. Sungguh jawaban yang tak terduga. Aku kira dia akan mengamuk dan menghancurkan warung sate lilit kebanggaan kita semua ini.
“ Apa aku bilang makanya jangan menyalakan api duluan ntar malu – maluin, ckckkc “ kata Puspa sambil tertawa. Waduh kenapa pembicaraan jadi intim begini. Aku pun mengikuti alur.
“ Maksudnya? Api apa puspa.. “ tanyaku sambil menyembunyikan kekagetanku.
“ Udah ah, si Puspa emang suka ngada – ngada” kata pak Surya malu dengan muka merahnya
Ternyata pak Surya teman SMA Puspa yang sudah lama tidak bertemu dan baru dua bulan bertemu setelah balik dari Columbia. Rencana dia balik ke Bali ingin melamar seorang gadis asal Ubud yang pernah jadi pacarnya dulu. Alangkah terkejutnya ketika dia tahu pacarnya baru saja menikah karena dijodohkan sebulan sebelum kedatangannya. Padahal dulunya mereka saling mecintai orang tua pun sudah pada setuju. Tapi karena orang tua yang perempuan takut Pak surya tidak tepat janji maka saat ada yang melamar anaknya diijinkan. Tapi semua telah terjadi sekarang tinggal Pak Surya dalam penyesalan. Seandainya dia menikah dulu sebelum ke luar negeri pasti tak akan ditinggalkan begini. Mungkin karena tidak jodoh makanya Tuhan punya jalan lain untuk Pak Surya. Begitulah hidup yang kadang harus memilih antara cinta dan karir. Kadang karir menang maka cinta harus dikorbankan.
Duh, kok jadi nyeritain Pak surya, sekarang Rosa nih. Dikamar kosan yang sempit tapi rame penuh dengan tawa aku dan Rosa yang sudah pulang dari rumah sakit. Hari itu kondisi Rosa kacau, akibat tekanan orang tuanya. Orang tua tetap tidak setuju dengan lamaran Andi yang berasal dari agama lain itu melamar Rosa. Setelah Rosa dan Dahlia tertidur aku duduk dekat jendela menatap bulan yang setengah lingkaran menyala di balik awan yang kelam karena hujan. Seperti itukah cinta yang pasti ada walaupun halangan merintang. Adakah cinta untukku yang sudah tak ingin jatuh cinta ini. Dalam hati aku memang menginginkan sosok seseorang laki-laki yang bisa mengisi hatiku. Tapi setelah melihat kejadian – kejadian karena cinta yang menyayat hati itu. Rasanya lebih tenang tanpa cinta walau harus sendiri bila malam minggu tiba. Walau harus sendiri bila menangis daripada menagis karena cinta.
Hari berganti hari, Dahlia yang sempat hampir mati karena bunuh diri dapat kembali metata diri. Terlebih lagi dengan kehadiran teman-temannya. Pak Surya juga sempat menengoknya. Ternyata Pak Surya tak sekejam yang aku bayangkan. Berbeda dengan Pak Surya yang menjalankan fungsinya sebagai atasan Lia, Adi akhir-akhir ini sering aku temukan bersama Dahlia. Entah kenapa, dalam hati aku bertanya apakah ada sesuatu?Biarlah…
“ Bangunnnnn… heh Melati Bangun.. “ teriak seseorang dari telingaku. Ternyata itu Adi dan Dahlia mereka ingin ditemami lari pagi.
“Aduh kalian, mau lari pagi berdua ngapain ngajak aku.. nggak ah, ngantuk!!!”kataku sambil mengambil selimut
“ Ayolah… “ kata Dahlia sambil menarik selimutku yang baru saja aku kenakan. Setelah hampir 15 menit mareka membangunkan aku. Aku pun beranjak dari tempat tidur cuci muka dan lari pagi bersama mereka. Sampailah di sebuah taman di sekitar Renon. Aku masih berlari mengelilingi taman. Tapi mereka duduk berdua. Ngapain mereka katanya mau olahraga kenapa sekarang malah duduk. Karena sudah siang aku pun pulang. Setelah sampai di rumah Dahlia sms “ kamu dimana?”. Aku bales “ dirumah”. Balasan muncul yang mengatakan kenapa tidak bilang mereka mencariku. Sudahlah aku tahu kok kalian sudah jadian kan? Balasan smsku membuat Dahlia tersenyum. Ternyata benar mareka jadian sudah seminggu yang lalu. Aku pun balas lagi “ congratulation J “.
Andai semua orang yang jatuh cinta seperti ini pasti tak akan ada yang patah hati, sakit hati hingga bunuh diri. Sampai suatu kali Adi menjemputku kekantor dan ingin diantarkan ke mall untk membeli hadiah untuk Dahlia. Saat itu juga dahlia sms pengen ke mall bareng sama aku. Aku tolak jadinya.
“ Mel, pulang bareng yuk.. “ ajak Pak surya saat aku sedeng menunggu Adi di parkiran.
“ Oh, terima Kasih, saya menunggu teman” sahutku tumben nih bapak – bapak ngajak aku pulang bareng.
“ Oh, ya? Temen apa teman?” ledeknnya yang membuat aku bingung. Ngapain sih nih bapak sok akrab. Sedang asyik ngobrol dengan Pak Surya, datanglah Adi dan kami pun berangkat ke mall.
Di mall Adi memilih hadiah seperti bunga dan boneka untuk Dahlia. Keliahatannya Adi sangat mencintai Dahlia sampai membeli hadiah pun yang terbayang muka Dahlia. Sedang asyik memilih hadiah aku berjalan di sekitar mainan kartu ucapan untuk hari Valentine yang lucu dan cantik tiba – tiba Adi mengejutkanku dari belakang hingga kau mau jatuh untung Adi menangkapku. Hampir! Saat itu juga aku melihat Dahlia memperhatikan kami berdua sedang pengangan tangan “ Dahlia” kataku. Tapi tak terdengar olehnya karena terlanjur pergi. Ahhhh… Adi berlari mengejar Dahlia dan tangan aku dilepasnya hingga terjatuh beneran. Buggkkk… “Kurang ajar Adi awas kau” umpatku dalam hati. 
To be Continued... ep 3