Pengikut

Minggu, 06 Maret 2016

Cinta Dalam Naungan Adat Istiadat EP 3


Cinta telah menyatukan jiwa yang terpisah, cinta juga bisa mengahancurkan jiwa yang dulunya utuh. demikianlah cinta diciptakan Tuhan dengan berbagai masalahnya, karena manusia punya perasaan. Andi dan Rossa tetap langeng begitu juga Dahlia dan Adi mereka pacaran seperti biasa. mereka sering double date, bila ingin mengajak aku dan Pak Surya, bossku yang paling menyebalkan itu sering muncul kaya hantu. Hingga pada suatu moment seluruh staff hotel ikut liburan ke danau Batur. Kita merencanakan untuk bisa mendaki gunung batur yang dingin itu. Awalnya aku tidak ikut naik karena kakiku suka keram kalo jalan terlalu jauh. Tapi 2 sahabatku itu memaksa hingga akhirnya kita pun berangkat.



Entah apa yang terjadi antara mereka hari itu. Adi balik dengan muka masam dan sedih. Aku juga tidak tahu harus ngomong apalagi sama dia. Ah, pasangan yang malang baru juga pengen seneng di Hari Valentine malah layu. Lebih tidak enaknya lagi itu gara diriku.
Aku pulang dengan perasaan yang tak karuan. Antara kesal dan marah karena Adi membiarkan aku terjatuh demi mengejar kekasihnya, betapa aku tidak berharga dihadapannya. Bersalah, kenapa tadi aku pakai terpeleset, walaupun terpeleset tapi tidak harus jatuh dipelukan Adi juga dan tidak bersamaan juga dengan kedatangan Dahlia yang muncul tiba-tiba. Tapi kenapa juga, Adi teman aku juga, teman dekat dari kecil. Dahlia seharusnya tidak pergi dan berbagai dugaan dugaan lainnya. Berperang dengan perasaan yang tak jelas itu, diperburuk dengan sikap temanku yang lain yang mulai ikut-ikutan.
Sampai di kosan aku tidak dibukain pintu sama Rosa begitu tahu tadi aku jalan sama Adi dan entah kenapa dia juga tahu hal ini.” Rossa buka pintu, dengerin penjelasan aku dulu” teriakku.
“ Aku gak nyangka ya, kamu sejahat itu sama temen sendiri. Kamu tahukan Dahlia itu percaya 100% sama kamu. Dia juga cinta mati sama Adi. Kenapa kamu tega – tega nya kaya gitu sama dia” omel Rossa dari dalam.
“ Iya, aku tahu tapi buka pintu dulu. Kalo kamu masih menganggap aku teman, ayolah..  kebelet nih, gak tahan” teriakku lagi sambil memegang celanaku.
Setelah dibuka pintu langsung aku lari kekamar mandi.Hari yang aneh.
“ Jelasin apa yang terjadi” paksa Rosa sambil berdiri tak jauh dari kamar mandi.
“ Heran, aku kenapa cinta begitu rumit.. rasanya hidup aku gak serumit ini” sahutku dari dalam kamar mandi.
“ Sudahlah, kenapa kamu bisa kaya gini, jangan bilang karena kamu tidak laku” tebak Rosa mulai sidang yang tidak sah ini.
“ Ampun deh, Rosa. Kalo mau aku nyari pacar masih ada banyak yang nungguin aku di luar sana, buat apa aku ngambil punya temen sendiri, gila apa” kataku setengah teriak, emang ada yang nungguin benakku dalam hati, krik krik…
“ Terus, tadi di mall, ngapain sama Adi? “ bentak Rosa
“ Rosaku yang cantik, tadi aku kepleset dan mau jatuh terus dipegangin sama Adi, gara – gara Dahlia datang dia malah ngelepas tangan aku jadinya jatuh beneran deh aku, nih smpe sekarang masih sakit pantatku” ceritaku
“ Terus ngapain kalian di mall. Berdua lagi” Tanya Rosa bak jaksa penuntut ketua mengajukan pertanyaaan gugatan yang seolah-olah aku memiliki salah yang besar seperti membunuh orang atau sejenisnya.
“ Ya, ampun… aku sama Adi temen dari kecil dari SD gak mungkin aku jatuh cinta sama dia aku tahu dia luar dalem. Aku tadi anter dia beli hadiah buat Dahlia” jelasku sambil menarik nafas dalam-dalam karena menahan rasa kesal yang luar biasa sama semua teman-temanku yang mulai lupa pada kekuatan persahabatan kita hanya karena CINTA.
“ Berani apa?” ancam Rossa masih tak percaya juga dan aku hanya menarik bibirku sambil berkata:“ Terserah kalian percaya atau gak” dan Puspa menyelesaikan sidangnya.
            Siang yang panas alangkah sejuknya bila kepala aku tersiram air es. Oh sejuknya aku sedang makan di warung biasa dengan Puspa dan pak Surya. Tiba – tiba kepalaku dingin seperti diguyur air apakah hanya hayalan. Ternyata benar “ Jadi sekarang kau sudah melupakan persahabatan kita yang telah terbangun hampir 5 tahun. Kau mulai lupa dengan kita saat makan siang pun kamu sudah punya teman baru rupanya. Aku sudah gak tahan Mel, bila harus kau tusuk dari belakang begini. Kau rela Adi kamu ambil dari aku tapi kalo kau lupa dengan aku itu lebih kejam dari apapun?’ teriak Dahlia sambil menguyur aku dengan air es.
            “ Ahhhh.. Lia, cukup” bentakku tapi lia malah mendorong aku hingga jatuh dilantai dan kepalaku terbentur benda keras sakit sekali dan seketika aku merasa pusing dan aku tidak ingat apa – apa lagi.
            “ Mel, bangun bangun.. “ teriak seseorang padaku. Aku tersadar di ruangan rumah sakit kepalaku masih pusing setelah aku raba ada perban menempel dikepalaku. Di depanku ada Pak surya yang sedang gelisah memandangku.
“Aku kenapa?” tanyaku.
“ Untunglah kamu sadar, Mel.. malang sekali nasibmu. Kenapa kamu harus menderita karena cinta ckckck” ledek Pak Surya sambil geleng-geleng kepala yang membuat aku merasa aneh.
“ Mulai lagi nih, kemana Lia.. “ tanyaku
“ Tenang sudah ada aku, kamu gak akan di dorong lagi kok.. “ kata Pak surya sambil tersenyum merapikan selimutku. Kalau saat begini pak Surya bukan lagi aku pandang sebagai Boss menyebalkan. Apalagi nada bicaranya yang lembut dengan bahasa informal lengkap dengan aku kamu lagi. Dia tampak lebih tampan dan mempesona dibandingkan dengan saat di kantor. Hohoho.. aduh jangan.. jangan aku tidak boleh jatuh cinta sama om om itu.
Ternyata lukaku tidak parah dan aku boleh pulang tapi aku harus istirahat dulu dirumah. Besok adalah hari valentine hari kasih sayang, tapi nasibku tetap belum bahagia masih saja menderita karena cinta. Padahal selalu aku jauhi apa itu yang namanya cinta. Tapi kenapa cinta selalu mengikutiku Ha ahahaha :0
Pagi, melati J” senyuman dari seseorang sudah tak asing lagi bagiku menyambut hariku dihari Valentine itu dan aku masih terbaring lemas di temat tidur. Ternyata Rosa diikuti oleh Adi, dibelakangku juga ada Dahlia dan Andi.” Wah, Ngapain kalian?” Kataku Kaget.
“ Menurutmu?” Kata Rosa senyum – senyum melirik Andi saat itu juga Dahlia mendekatiku dan minta maaf atas apa yang terjadi kemarin. “ Semua itu karena aku sangat mencintai Adi, aku tidak mau kehilangan dia” katanya padaku.
“ Sudah, yang berlalu biarlah berlalu. Asal jangan kau ulangi lagi. Parah kau kemarin.. ah. Sekarang tanggung jawab nih, aku gak punya pacar sementara kalian sama pasangan semua dihari Valentine lagi agaghahah.. keluar kalian kalian.. “ brontakku sambil melempar selimut.
“ Ow.. tenang sobat kita sudah siapkan kok!” kata Adi tiba – tiba
“ Maksudmu?” kataku sambil memandang si Adi
“ Tada.. Ini lah Hadiah Valentine dari kita” teriak Rosa sambil mendorong Pak Surya atasanku yang menyebalkan itu.
“Apa?” kataku sedikit tidak percaya Pak Surya muncul dihadapanku sambil membawa seikat bunga.
“ Happy Valentine Melati.. Ini aku bawakan seikat Bunga kesuakaanmu Kamboja” keluar dari bibir Pak Surya dengan penuh ketulusan. Aku pandangi satu persatu sahabatku dengan penuh kecurigaan dalam hati “ Apa yang kalian lakukan Awas ya, setelah ini” gerutuku dalam hati
“ Terima dong Melati!” pinta Rosa dan aku pun mulai berpikir, jangan-jangan temen-temen aku diancam sama om-om ini untuk mendukung kejutannya yang tidak lucu ini.
“ Thanks Pak, hari kantor tutup ya? Kok Bapak bisa kemari?” kataku mengalihkan pembicaraan menutupi kekesalanku.
“ Ya, ampun mentang – mentang sakit. Hari ini hari minggu Neng, “ seru Andi
“ Oya..?” kataku yang membuat seisi ruangan tertawa mengakhiri adegan romatis dari Pak surya tadi.
“Baiklah, Rosa dan Dahlia lakukan tugasmu kita tunggu diluar Yah, “ Kata Adi mengajak Andi dan Pak Surya menunggu keluar. Sementara aku masih bingung mau ngapain mereka. Mataku ditutup oleh Lia kemudian naik mobil dan setelah sampai di suatu tempat yang agak dingin. Kemana Ya?
Ternyata setelah mataku dibuka aku baru sadar kalau aku berada di danau Tambilangan. Tempat dingin yang paling aku suka kalau pulang kampong.  Suara burung, gemericik air, angin semilir ditambah lagi bunga warna – warni ada juga bunga pecah seribu warna agak kebiruan yang sangat sering aku gunakan saat membuat canang di rumah sungguh menakjubkan. Di sekelilingku ada hutan belantara yang lebat dan hijau dalam perbukitan yang alami. Diatasnya ada kabut tipis yang menunjukkan betapa dinginnya tempat itu. Air danau yang biru dengan ombak kecil bila ditiup angin. Tanaman air pun bergoyang seperti ikut menari dalam  senandung alam yang damai. Saat itu juga aku dengar suara Sarasdewi menyanyikan Lembayung Bali. “ andai Jiwaku tak terbatas bebas melangkah mengulang waktu, hingga masih bisa kuraih dirimu…. “
Senyuman sahabatku dari tengah danau menyambut hatiku yang terasa teduh dan damai setelah terlepas dari semua himpitan dan batasan duniawi. Tuhan tak pernah menciptakan batasan itu, hanya manusialah yang membuatnya. Bukankah dimata Tuhan semua dipandang berdasar amal dan perbuatan bukan atas dasar tingkatan social atau kasta, agama, ras atau apapun itu yang membuat semua yang susah jadi tambah susah. Sudahlah lupakan sejenak itu aku mau mancing ikan dulu keliahatan lebih seru.
Selama perjalanan 2 orang temanku itu selalu manja dengan pasangannya masing – masing membuat aku geram. Peserta naik gunung ada 15 orang dengan seorang pemandu genap 16 orang. aku jalan sendiri ditengah dua sahabatku yang aneh itu. Begitu juga Adi dan Dahlia. Yang aku tahu Adi tidak seromantis itu dulunya. kenapa kini jadi Romantis gila gitu.
‘ Sayang, Bunga ini bagus deh buat kamu” kata Adi pada Lia sambil memetik bunga itu dan memasangkan di telinga Lia. Lia dengan kedipan matanya makin klepek – klepek dan aku mau muntah Ueeek.
“ Oh, Makasih, sayang’ Jawab Lia lembut dan aku melihatnya sambil geleng-geleng kepala.
Lain lagi ceritanya dengan Rossa dan Andi. Mereka lebih sering pengangan tangan ketika berjalan ditempat licin.
“ Hati- hati, sini aku gendong!” Pinta Andi dengan sigapnya
“ Aduh, gak usah aku bisa kok”sahut Rosa malu – malu
“ Sini!”sambil menggangkat Rosa dan Rosa berteriak dengan manjanya hingga lewat tempat becek baru Rosa diturunkan dengan canda tawa.
“ Ampun, apalah artinya aku. Kenapa aku ikut kesini kalo hanya untuk jadi obat nyamuk” teriakku sambil memukul kepala. Seketika itu tanganku dipengang seseorang ketika ku menoleh aku lihat seorang pemuda, tinggi. rambutnya belah dua tidak gendut dan tidak kurus, perfect. kelihatannya dia seorang intelektual yang bertitle tinggi. siapa dia? sepertinya aku kenal?
“ Apa yang kau pikirkan hingga memukul kepalamu sendiri?” seru si cerewet Surya aku masih terdiam dan tak bisa menjawab karena kaget.
“ Oh, Bapak, saya..’kataku terputus.
“Sudah aku peringatkan jangan panggil aku Bapak, aku belum punya anak! ayo.. ngapain disini, diatas jauh lebih indah” katanya sambil menarik tangan aku.Pak Surya memang bukan Bapak – Bapak, wajahnya masih tampan, kulitnya putih dengan rambut belah yang membuat dia begitu mempesona seperti yang sering dikatakan Rossa. Umurnya pun tidak beda jauh denganku, dia masih cukup muda.
Kami pun melanjutkan perjalanan hingga sampai puncak. Puncak yang sangat dingin dan tampak jelas danau Batur yang sangat indah berwarna biru dengan pinggiran hijau. Jeruk bali dan bunga Pecah seribu menambah indahnya tempat itu. Ingin aku menulis puisi tentang indahnya anugrah Hyang Widhi saat ini. Akankah semua ini abadi? seperti cinta orang tuaku yang abadi hingga aku sebesar ini. Akan ku abadikan dalam puisiku yang berjudul Danau Batur. Saat menulis puisi tiba – tiba aku kepikiranan tadi kenapa Pak Surya tiba – tiba ada dibelakangku. Aneh. Tak lama kemudian rombongan mulai turun, Karena kabut mulai menutupi pemandangan indah tersebut. Didepanku masih juga kulihat secara tidak sengaja dua sejoli Adi dan Dahlia dengan kemesraannya, aku pun berhenti dan membiarkan mereka jalan duluan.
‘Hai, Mel. kenapa diem ayo jalan” sapa Rosa yang lagi jalan sambil rangkulan dengan Andi yang tersenyum disampinganya.
             ‘Sial… “ kataku kenapa keluar dari lubang buaya masuk mulut harimau.
“ Kenapa kamu Melati” seru Seruni dengan pasangannya juga yang juga lewat dihadapanku melihat mukaku cemberut.
“Gila aku benar – benar salah tempat, kenapa semua dengan pasangannya. Awas kalian berdua, kalian telah membuat aku jadi orang asing disini” Umpatku dalam hati. Setelah beberapa lama kemudian aku pun berjalan. tiba di sebuah persimpangan aku pun mememilih jalan lurus. Tapi kenapa jalan ini melewati perumahan penduduk yang tadi tidak aku lewati. Aku pun berjalan terus tidak sadar mulai tersesat. setelah beberapa saat aku mulai takut dan berlari balik kearah sebaliknya karena maresa ganjil dengan jalan ini. Aku dimana ini? kataku dalam hati.
Kakiku menginjak kubangan, mulai aku rasakan dinginnya air gunung itu. Hah?sepatuku basah. aku pun melajutkan berlari. Setelah sampai dipersimpangan terakhir aku tadi aku berhenti karena kakiku tidak bisa bergerak lagi. Aku pun duduk, dingin mulai menyusup. Nafasku tersengal – sengal, kepala pusing dan mulai sadar aku ketinggalan teman – teman. Aku lihat handphone, tidak ada singal sama sekali padahal hari mulai sore. Aku pun berteriak. tapi hanya sekali karena mulutku mulai bisu. Oh.. Tidak, Tuhan Selamatkan aku. Tiba – Tiba terasa hangat. aku pun tertidur.
Aku terbangun, didepanku ada api ungun dengan sosok yang aku lihat tadi pagi.
“Pak Surya!” Seruku, dia menoleh dan mendekatiku.
“ Kau sudah bangun? Kau tadi kedinginan dan tertidur, maaf aku merangkulmu tadi” katanya yang membuat aku malu.
“ Oya?” Kataku kaget.
“ Hm, minum susu hangat itu. ntar kalau matahari terbit akan ada yang menjemputmu”katanya dan aku pun mengikuti perintahnya.
Sejak hari itu perhatian Pak Surya beda padaku. Dia jarang marah bahkan sering sms sekedar menanyakan sudah makan dan kita suka makan sianga bareng. Sering aku tanyakan kenapa kamu seperti ini padaku mempertimbangan posisi dia di Kantor sebagai atasan aku. Dia hanya menjawab “ tak ada salahnya kita jalan sama teman kan?”. “ Tapi yang lain juga teman, kenapa aku lebih sering jalan sama Bapak daripada Anda dengan yang lain, aneh tahu”. Dan dia hanya tersenyum. saat aku mulai menghindar selalu berhasil dia temukan aku. Suatu saat aku tidak masuk kantor 2 hari karena pulang ke Singaraja untuk menenggok Nenek yang lagi sakit. Handphone aku mati, tapi tak ku duga, Pak Surya malah datang ke rumahku. Alangkah kagetnya diriku dan orang tuaku langsung menjamunya dengan hormat begitu tahu dia bosku.
Aku pun makin gerah dan hari itu juga aku balik ke Denpasar. Pak Surya pun ikut serta dengan terus mengomel selama perjalanan. Hingga akhirnya kami berhenti di pinggir Danau Tamblingan yang dingin apalagi hari itu sedang mendung.
“Shut up!” Bentakku.
“ Kenapa? Salah aku ke rumahmu sebagai seorang sahabat”jawabnya
“ Apa maumu Pak Surya Hadiyana terhormat?Kenapa kau ingin menjadi sahabatku?” Bentakku langsung dihadapannya dengan perasaan yang bercampur aduk.
“Aku tidak mau jadi sahabatmu jika kerjaanmu selalu menggangguku terus!Apa maumu?” kataku lagi tapi Pak surya malah diam tak bicara melihat aku mengamuk. Terlihat dia canggung dan terbata – bata untuk menjawabnya.
“ Kalau tidak bisa jawab menjauhlah dariku, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan, mengerti?” kataku dan pergi meninggalkan dia pergi.
“Tunggu!” katanya kemudian menghentikan langkahku.
“ Melati, Aku.. aku suka kamu?”katanya kemudian yang membuat aku kaget, jadi selama ini dia melakukan semuanya, semuanya mulai dari sering mengikuti aku kemana pun aku pergi, makan siang, di rumah sakit, di Batur hingga pulang kampong? pikirku dalam hati. Aku pun tidak tahu harus menjawab apa, haruskah aku mengatakan jawabannya sekarang, tapi jika tidak aku terlihat memberi harapan. Jika aku tidak menjawab sama artinya aku telah mempermainkan perasaannya. Akhirnya….
“Tapi, aku tidak suka dengan Bapak!” kataku dan aku berlari pergi meninggalkannya sendiri. Mungkin kata – kataku sangat tidak berperasaan.
Bersambung