Pengikut

Selasa, 12 Januari 2016

Cinta Dalam Naungan Adat Istiadat Ep 2



Beruntung Dahlia masih bisa diselamatkan. Karena dosis masih rendah, pasti dia patah hati lagi. Inikah tujuan kita memilki seorang kekasih? Seperti orang bilang jatuh cinta itu indah, tapi satu hal yang harus kita pahami, apabila orang sudah jatuh pasti akan sulit untuk membangunnya lagi. Untung ada Rosa dia menggantikan aku untuk menjaga Lia selama aku ke Tabanan. Kakakku yang satu ini pun bernasib sama, aku harus menemuinya sebelum dia melakukan hal yang sama.
Suasana kota Tabanan yang sejuk dan segar membuat aku terhanyut dalam kenyamanan yang selalu ku nantikan selama di Denpasar. Aku pun sekalian liburan di sana. Tante Nuri yang sudah puluhan tahun di Tabanan menyambut aku dengan sukacita. Kehadiranku seperti memberi warna baru dalam keluarga itu. Maklum Tante Nuri tak punya anak perempuan. Sepupuku Kak Pardi dan Pandu yang baru berumur 8 tahun pun senang sekali aku datang seperti pulang kampung di sambut sama adik sendiri. Pandu pun mulai dengan kemanjaannya dia tidur sama aku selama aku di sana.
“ Kak Pardi.. kenapa melamun aja?” sapaku sore itu, saat itu dia sedang termenung dengan rokok di jarinya.
‘ Hei… Melati.. kapan datang?” sahutnya dengan senyum.
“ Tadi siang.. gimana kabar kak?’ tanyaku lagi.
“ Kabar?.. begitulah… kamu gimana pekerjaanmu? Enak dong sudah kerja sekarang, mana pacarmu?” ledek dia yang tentunya membuat aku menghembuskan nafas dalam-dalam dan membuangnya alias aku Cuma tak punya satu pun jawaban.
“ Yah.. kenapa Tanya yang itu sih… sudah ah aku mau ke kebun belakang lihat strowbery, sama Pandu.. kak ikut ya!” pintaku
Kami pun berangkat ke kebun belakang rumah, alunan seruling Bali yang membayangkan bagaimana suasana pedesaan yang mendekati surga itu.  Aku dan sepupuku pun menikmati indahnya udara sore itu. Tak lama kemudian aku pun tiba di sungai, airnya segar seperti air suci ditengah gurun pasir, segar dan suci. Aku pun membasuh muka tanpa ku sadari Pandu sudah berteriak – teriak bermain dengan air sambil memperagakan jurus poweranges  kartun favoritnya.
Tak lama kemudian aku pun menuju beberapa hamparan pohon strowbery yang tampak merah , matang dan gemuk, aku pun tanpa mencucinya langsung menikmatinya. “ Heh.. Mel.. Cuci dulu “ teriak Tante Nuri yang tiba – tiba muncul dengan keranjang kecil berisi snack, makanan khas bali jaje kukus( ketan item di kukus terus di isi gula merah dan parutan kelapa) di tambah lagi teh manis yang masih hangat. Kami pun menyerbu apa yang dibawa tante Nuri. Tante Nuri pun dengan lincahnya membagikan makanan itu. Hal seperti inilah yang sudah lama aku rindukan bersama keluargaku. Saat aku memutuskan untuk tinggal di Denpasar, maka waktu berkumpul dengan keluarga adalah saat-saat yang paling berharga, tak ada lagi omelan ibuku yang menyuruhku ini itu, tidak ada lagi ujian-pujian bapakku yang selalu membuat aku besar kepala. Aku hanya tak mengerti, kenapa Bapakku bangga sekali punya anak yang seperti aku, putri pertamanya yang paling cantik, hal ini berbeda dengan ibuku. Beliau lebih suka marah kepadaku daripada menyanjungku atau memberikan aku penghargaan karena juara kelas atau menang lomba antar kelas waktu aku masih sekolah dulu.
Cerita tentang keluargaku nanti lagi, sekarang aku mau mengisahkan cerita Kak Pardi dulu. Dari jauh tampak Paman Punia membawa seikat rambutan merah dan sebatang buah Kasa yang sudah menguning. “ Wah paman, dapet dimana, buah itu?” tanyaku sambil merampas bawaan pamanku yang baik hati itu.
“ Paman tahu kamu datang jadi buah ini paman sisakan buat kamu…” jawab paman lengkap denga gelak tawanya yang lucu itu.
‘Hahahaha..’ aku pun ikut tertawa.
“Hahhaha…” tanpa disangka kak Pardi tertawa setelah aku tertawa.
“ Kenapa Ketawa?”Tanyaku
“ Ngetawain ketawa mu lucu.. hahhaha” jawabnya sambil mengunyah kue Kukus. Aku pun langsung melempar dia dengan kulit buah Kasa. Terjadilah adegan kejar kejaran yang membuat aku terjatuh di antara timbunan tanah bekas panen kentang. Meraka pun makin seru tertawa. Tapi aku pun terus mengejar. Hingga sampailah di pinggir sungai Kak Pardi mampu ku taklukkan. Dengan pura – pura terjatuh. Dan dia pun menggendongku karena kakiku sakit.
“Kak… sekarang kakak jarang di rumah yah?” tanyaku mengawali pembicaraan.
“ Kata siapa?” Tanya kak Pardi lagi.
“ Tuh tante bilang… main mulu ya… kemana? Ikut dong..”Kataku tak mau kalah
“Hm… mau tahu aja!..” sahutanya pendek sambil menurunkan aku di pinggir kali yang jernih itu.
“ Kak, masih sakit hati ya? Karena Mbok Desak? Aku ngerti kok..” kataku  tapi kak pardi tak menyahut bahkan seperti takut memendangku.
“ Tapi bukan berarti hidup kakak berhenti sampai di sini kan?” desakku agar dia mau bercerita.
“ Sulit Mel.. tidak seperti yang kamu pikir.. dia selalu mengisi pikiranku.. ia pergi bukan kerana kemauannya, karena adat desa kala patra…yang tidak bisa dihindari Melati?” kata Kak Pardi seperti keluar dari hati yang terdalam. Aku pun binggung jawab apa.
“ Terus kak mau ngapain? Mau terus menunggunya, dan kak yakin jika dia juga memikirkan kakak seperti kakak memikirkan dia, kasihan Tante, Paman, Pandu juga..  Mereka tidak tega, mereka sakit hati juga melihat kakak begini!” kataku sok tahu padahal aku juga tidak tahu benar atau tidak.
  Sudah.. ayo kita pulang sudah sore banget ntar keburu datang kabut!” katanya mengalihkan pembicaraan. “ Nges, nges.. susah payah cari jawaban ujung – ujungnya nggak dihirauin” pikirku dalam hati. Tapi tidak apa yang penting aku sudah berusaha mengajak dia bicara, walaupun hasilnya nihil.
Sudah kuduga tante Nuri pasti akan menanyakan hal ini, tugasku ini sangat aneh kenapa aku harus jadi dokter cinta padahal aku sendiri belum pernah jatuh cinta. Pernah pacaran tapi satu minggu jadian putus itu pun waktu SMP.  Pacar kedua minta putus sendiri setelah 3 bulan bertahan denganku karena aku cuekin itu pun waktu SMA. Kuliah aku lengkap dengan perjodohan yang tidak jelas oleh orang tuaku karena kau tak tertarik begitu juga dengan pasanganku. Dua tiga kali pun ada cowok tetanggaku yang main ke rumah buat mendekatiku. Tapi aku tinggal nonton dengan teman – teman akhirnya dia ditemani bapak aku atau nenek aku. Cerita – cerita mereka pun asyik kelihatannya. Namun dia jera juga datang ke rumah dan pulang sendiri tanpa pamitan. :D wkwkwkkwk sejak saat itu taka da lagi laki-laki yang mau bermain ke rumahku hanya untuk mendekatiku.
“ Bangun… “ seruan itu aku dengar dari balik selimut “ Bangun, pemalas..” teriak Pandu, sambil menarik selimut dan menarikku mengajak ke luar rumah. “ Aduh.. Pandu.. mau Kemana?” Tanyaku.
“ Ayo, Lari pagi… “ seru Pandu. Aku pun langsung cuci muka dan langsung mengikuti Pandu dan Kak pardi yang sudah duluan di jalan raya. Jalan ini prĂ©cis sama dengan jalan di Desaku, bersih rapi dan segar. Aku jadi teringat dengan Adi, teman Kecil yang aneh itu yang kini lagi dekat dengan Dahlia. Dan aku yakin sebentar lagi mereka jadian. Dulu aku suka lari pagi dengannya. Walaupun cowok dia suka olahraga di pagi hari bahkan bela – belain bangun aku pagi – pagi sekali. Tapi tidak tahu apakah sekarang dia masih seperti itu atau tidak.
Liburanku usai sudah, aku pun harus kembali ke kantor karena manajer baru itu selalu menanyakan aku tiap kali masuk kantor lewat Rossa. Sampai – sampai mereka bilang kalau aku dan Pak Surya ada apa – apa. Saat pamitan tiba biasa tante Nuri memenuhi tasku dengan berbagai oleh – oleh buahlah, kacanglah, kripiklah dan berbagai makanan penganan lainya. “ Tante gak ada tas yang lebih gede?’ tanyaku sambil tertawa.
“ Ada.. pakai ini saja. tenang saja nanti Pardi yang antar kok sampai di terminal. Ini lagi roti buat sarapan, yah! jangan telat makan kamu sudah kena Maag itu!’ nasehat Tante Nuri.
“ Tante.. sudah cukup, nanti Pandu maem apa,, aduh.. kumat deh ah.. tante sudah, aku gak mau ke sini lagi” ancam aku. Tanteku sudah lebih parah dari Ibuku bila aku berangkat ke Denpasar. Semua perbekalan mulai dari makanan, bahkan kadang alat-alat memasak dimintanya aku untuk membawa ke kosan aku, katanya biar gak beli lagi dan aku bisa memasak dan menghemat biaya bulanan. Benar juga sih, karena ada alat masak seperti Magic Com atau pengahangat air aku jadi lebih suka masak diKosan daripada jajan di luar.
Akhirnya aku pun Tiba di denpasar dengan selamat. Aku masih ingat kata kak Pardi lewat sms “ terima kasih adikku, semoga kamu bisa menemukan cinta sejati yang tulus mencintaimu. Kamu telah membuka mata kakak, jaga dirimu’ aku pun tersenyum bis pun melaju Denpasar. Sambutan meriah aku terima dari Adi dan Rosa yang dari tadi katanya menunggu aku di Kos. Katanya mereka mau nonton bareng sayangnya aku capek dan tidak bisa ikut.
Pagi yang cerah tapi kelihatanya tak secerah kantor karena pagi aku di penuhi oleh tugas tidak jelas dari manejer aneh ini.  Tapi kenapa aku saja kan masih ada karyawan yang lain.
“ Asyik liburannya?” sapa Pak surya pagi itu yang nongol begitu saja dihadapanku.
“Hm, Iya.. pagi pak” Sahutku kaget.
“ Lain kali sekalian aja ambil cuti yang lebih lama.biar saya siapakan pesangon untuk anda.” Kata Pak Surya yang membuatku kaget minta ampun sambil berlalu keruangannya.
Gila itu manager baru juga sebulan sudah berani mengaturku seperti itu. Memangnya apa salahnya aku ngurus keluarga dulu. Kalo gak inget – inget bayaran kosan bulan depan aja aku langsung resign dari hadapanmu.
Di ruang rapat yang sunyi senyap dengan tembang pidato dari pak Manager membuat aku mengantuk hebat. Betapa terkejutnya saat aku mendengar namaku disebut. “Melati, bisa tolong ambilkan file saya yang ada diatas meja tadi terlupakan”katanya. “ Baik Pak” sahutku sambil berjalan keluar.
Huh, kukira dia sadar akan kelelahaku. Begitu aku balik rapat sudah mau kelar dan file yang aku bawa tidak jadi dipakai. “ Pak, ini filenya” kataku. “ Terima kasih,Mel mari ikut keruangan saya ada sesuatu yang harus kamu kerjakan” sahut Pak Surya dan aku pun hanya bisa mengikuti perintahnya.
Sampai diruangannya aku langsung dihujani oleh file – file yang harus aku rekap. Baiklah Pak jawbaku dalam hati. Saat kembali ke meja Puspa melirikku. “ banyak kerjaan ya?” katanya
“ Iya nih” jawabku pendek. “ Sama ini… “ sahutnya sambil melirik tugasnya juga. “ Oh MG, kau dapat juga” Kataku heran. “ Kamu baru masuk sih aku dari kemarin sudah hujan kerjaan kaya gini “ gerutunya dan baru kali ini aku melihat dia ngomel karena kerjaan. “ Oya, Puspa, ntar makan siang bareng yuk!” ajakku. “ Boleh.. makan sate lilit diwarung sebelah yuk” ajaknya. “ Boleh.. J” dalam hati aku bertanya tumben nih anak nyambung sama orang, kenapa ya?.
Sedang asyik menikmati sate lilit tanpa ku duga Pak Surya ada disebelahku sambil berkata “ Lezat nian, kok gak ngajak – ngajak sih?. Kagetnya diriku sampai keselek dan aku pun terbatuk.
“ Wah, pelan – pelan masih ada kok satenya “ kata Pak surya lagi. Sambil meneguk air aku pun menarik nafas. “ Lho Pak kok disini? “ kataku
“Emang kenapa, kan aku selalu ada dihatimu?” gombal yang membuat aku makin bingung sementara Puspa disebelahku hanya tersenyum.
“ Pak satu porsi lagi sate sama nasinya ya!” kata Pak surya pada tukang sate. Aku pun menjadi tidak nyaman makan dengan atasan strik kaya dia, jangan – jangan gaya makanku juga dikomentari sama dia.
“ Oya, Mel bagaiman kabar Rosa sudah baikan dia, kapan bisa kerja lagi?’ Tukan apa yang aku pikirkan kejadian, ini orang gak akan mau deket sama orang kalo tidak ada maunya.
“ Oh, besok dia sudah balik dari rumah sakit kok” jawabku
“ Kasian si Lia sampai kaya gitu karena cinta “tambah Puspa mulai bersuara
“ Itulah pejuang cinta sejati namanya Puspa, gak kaya kamu baru aja tumbuh udah layu lagi kapan berkembangnya” sahut pak Surya yang membuat aku hanya bisa tersenyum. Tampak seperti sudah berpengalaman soal cinta.
“ Cinta sejati sesungguhnya tak akan kemana pak, kalo sudah jodohnya tak kan lari “ sahutku
“ Iya, ngapain harus pake bunuh diri segala, semua itu tak akan menyelesaikan masalah malah menambah masalah kan??” sahut Puspa lagi
“ tapi cinta sejati tak akan datang tanpa diperjuangkan kan? Contohnya kalian berdua, hm hidup kalian gak ada tantangan karena cinta kalian jauh semua ckckkck.. “ kata Pak Surya  sambil menikmati makanan di siang yang terik ditambah lagi dengan es kelapa muda yang segar.
“ Cie.. pake mojokin kita berdua. Emang bapak sudah punya pacar?” kataku tak mau kalah
“ Iya nih, bukanya kemarin baru aja putus, perjuangin tuh cinta sejati” kata Puspa keliahatan mereka sudah kenal lama.
“ Oh,ya? Tragis… “ seruku sambil merapikan tempat duduk mau kembali ke kantor.
“ Hemm.. kalian membuka luka lama” sahutnya kesel. Sungguh jawaban yang tak terduga. Aku kira dia akan mengamuk dan menghancurkan warung sate lilit kebanggaan kita semua ini.
“ Apa aku bilang makanya jangan menyalakan api duluan ntar malu – maluin, ckckkc “ kata Puspa sambil tertawa. Waduh kenapa pembicaraan jadi intim begini. Aku pun mengikuti alur.
“ Maksudnya? Api apa puspa.. “ tanyaku sambil menyembunyikan kekagetanku.
“ Udah ah, si Puspa emang suka ngada – ngada” kata pak Surya malu dengan muka merahnya
Ternyata pak Surya teman SMA Puspa yang sudah lama tidak bertemu dan baru dua bulan bertemu setelah balik dari Columbia. Rencana dia balik ke Bali ingin melamar seorang gadis asal Ubud yang pernah jadi pacarnya dulu. Alangkah terkejutnya ketika dia tahu pacarnya baru saja menikah karena dijodohkan sebulan sebelum kedatangannya. Padahal dulunya mereka saling mecintai orang tua pun sudah pada setuju. Tapi karena orang tua yang perempuan takut Pak surya tidak tepat janji maka saat ada yang melamar anaknya diijinkan. Tapi semua telah terjadi sekarang tinggal Pak Surya dalam penyesalan. Seandainya dia menikah dulu sebelum ke luar negeri pasti tak akan ditinggalkan begini. Mungkin karena tidak jodoh makanya Tuhan punya jalan lain untuk Pak Surya. Begitulah hidup yang kadang harus memilih antara cinta dan karir. Kadang karir menang maka cinta harus dikorbankan.
Duh, kok jadi nyeritain Pak surya, sekarang Rosa nih. Dikamar kosan yang sempit tapi rame penuh dengan tawa aku dan Rosa yang sudah pulang dari rumah sakit. Hari itu kondisi Rosa kacau, akibat tekanan orang tuanya. Orang tua tetap tidak setuju dengan lamaran Andi yang berasal dari agama lain itu melamar Rosa. Setelah Rosa dan Dahlia tertidur aku duduk dekat jendela menatap bulan yang setengah lingkaran menyala di balik awan yang kelam karena hujan. Seperti itukah cinta yang pasti ada walaupun halangan merintang. Adakah cinta untukku yang sudah tak ingin jatuh cinta ini. Dalam hati aku memang menginginkan sosok seseorang laki-laki yang bisa mengisi hatiku. Tapi setelah melihat kejadian – kejadian karena cinta yang menyayat hati itu. Rasanya lebih tenang tanpa cinta walau harus sendiri bila malam minggu tiba. Walau harus sendiri bila menangis daripada menagis karena cinta.
Hari berganti hari, Dahlia yang sempat hampir mati karena bunuh diri dapat kembali metata diri. Terlebih lagi dengan kehadiran teman-temannya. Pak Surya juga sempat menengoknya. Ternyata Pak Surya tak sekejam yang aku bayangkan. Berbeda dengan Pak Surya yang menjalankan fungsinya sebagai atasan Lia, Adi akhir-akhir ini sering aku temukan bersama Dahlia. Entah kenapa, dalam hati aku bertanya apakah ada sesuatu?Biarlah…
“ Bangunnnnn… heh Melati Bangun.. “ teriak seseorang dari telingaku. Ternyata itu Adi dan Dahlia mereka ingin ditemami lari pagi.
“Aduh kalian, mau lari pagi berdua ngapain ngajak aku.. nggak ah, ngantuk!!!”kataku sambil mengambil selimut
“ Ayolah… “ kata Dahlia sambil menarik selimutku yang baru saja aku kenakan. Setelah hampir 15 menit mareka membangunkan aku. Aku pun beranjak dari tempat tidur cuci muka dan lari pagi bersama mereka. Sampailah di sebuah taman di sekitar Renon. Aku masih berlari mengelilingi taman. Tapi mereka duduk berdua. Ngapain mereka katanya mau olahraga kenapa sekarang malah duduk. Karena sudah siang aku pun pulang. Setelah sampai di rumah Dahlia sms “ kamu dimana?”. Aku bales “ dirumah”. Balasan muncul yang mengatakan kenapa tidak bilang mereka mencariku. Sudahlah aku tahu kok kalian sudah jadian kan? Balasan smsku membuat Dahlia tersenyum. Ternyata benar mareka jadian sudah seminggu yang lalu. Aku pun balas lagi “ congratulation J “.
Andai semua orang yang jatuh cinta seperti ini pasti tak akan ada yang patah hati, sakit hati hingga bunuh diri. Sampai suatu kali Adi menjemputku kekantor dan ingin diantarkan ke mall untk membeli hadiah untuk Dahlia. Saat itu juga dahlia sms pengen ke mall bareng sama aku. Aku tolak jadinya.
“ Mel, pulang bareng yuk.. “ ajak Pak surya saat aku sedeng menunggu Adi di parkiran.
“ Oh, terima Kasih, saya menunggu teman” sahutku tumben nih bapak – bapak ngajak aku pulang bareng.
“ Oh, ya? Temen apa teman?” ledeknnya yang membuat aku bingung. Ngapain sih nih bapak sok akrab. Sedang asyik ngobrol dengan Pak Surya, datanglah Adi dan kami pun berangkat ke mall.
Di mall Adi memilih hadiah seperti bunga dan boneka untuk Dahlia. Keliahatannya Adi sangat mencintai Dahlia sampai membeli hadiah pun yang terbayang muka Dahlia. Sedang asyik memilih hadiah aku berjalan di sekitar mainan kartu ucapan untuk hari Valentine yang lucu dan cantik tiba – tiba Adi mengejutkanku dari belakang hingga kau mau jatuh untung Adi menangkapku. Hampir! Saat itu juga aku melihat Dahlia memperhatikan kami berdua sedang pengangan tangan “ Dahlia” kataku. Tapi tak terdengar olehnya karena terlanjur pergi. Ahhhh… Adi berlari mengejar Dahlia dan tangan aku dilepasnya hingga terjatuh beneran. Buggkkk… “Kurang ajar Adi awas kau” umpatku dalam hati. 
To be Continued... ep 3