“SERPIHAN SESAL UNTUK SEBUAH PILIHAN”
Sejenak aku
berpikir, untuk apa harus kujalani hidup yang keras ini…
Bila masih
mungkin ada waktu untuk menjalani segalanya dengan bahagia dan biasa saja…
Aku yang
terlahir nista dan penuh noda, tak pernah tahu, apa arti sebuah pilihan….
Kehidupan yang
pedas, layaknya serpihan kaca yang menggores bathinku….
Akankah dapat
disembuhkan? Mungkinkah ada harapan bagi masa depan yang kelam?
Dimana? Dimana?
Haru kutemukan kasih sayang dan cinta sejati….
Langit mendung
tak pernah mau menjawab segala rintihanku…
Angin berlalu
tak pernah ingin bertemu wajahku…
Kilau tawa di
dekatku seakan menyadarkan, bahwa masih ada cinta yang lain…
Dia sedang
menunggu…
Menungu…
Menunggu engkau
menyapanya…
Mengharap kau
mau menerima kekurangannya….
Membasuh
lukanya….
Menenangkan
pikirannya…
Mendamaikan
hatinya…
Dan pergi untuk
menggenggam tangannya…
Memeluknya…
Menjaganya
selalu, di setiap gelapnya malam…
Tapi itu tak kau
lakukan….
Sebab kau
bermimpi…
Bidadari
menghampirimu…
Tersenyum
padamu…
Dan mengajakmu
pergi….
Ke suatu tempat
yang penuh cinta dan khayalanmu tentangnya…
Sampai suatu
saat, ia berkata…
inikah Cinta
yang kau mau?
Inikah jalan
yang kau inginkan?
Benarkah ini
arah pikiranmu..?
Hanya berharap
sempurna… meski itu tak mungkin kau dapatkan?
Lagi kau gores
lukanya, dengan tatapan kepalsuanmu…
Kau hina dia
dalam bathinmu…
Kau campakkan
dia dengan senyuman manismu…
Kau lenyapkan
kesadarannya tentang dirimu…
Dan kau
hancurkan impiannya bersamamu…
Kau tega…
Kau tega..
Sungguh kau
tega…
Bening air
matanya, kau anggap sampah!!!
Tulus cintanya,
kau anggap hina!!!
Kasih sayangnya,
kau anggap kutukan!!!
Kau tak kenal
hatinya, namun kau berani melewatkannya…
Kau tahu tulus
cintanya, namun tak ingin kau membalasnya…
Itulah dirimu…
yang selalu menginginkan kesempurnaan…
Berharap semua
indah pada waktunya…
Hingga akhirnya
kau hancurkan semua…
Kau yang membuat
neraka untuk dirimu sendiri…
Setelah dia
pergi…tak akan ada cintanya lagi..
Tak akan ada
terlihat bayangannya…
Hatinya telah
mati, mati untukmu…
Bahkan dunia
bergetar tanpa senyumnya…
Dia berjalan
untuk sebuah pilihan….
Ditinggalkan
atau meninggalkan…
“( Karya : M. Bagus Dharmasasmita, 6 mei 2012 )”
kata terkahir ditinggal atau meninggalkan seperti dua pilihanyang berat kalo aku sih mending gak usah kemana - mana...
BalasHapus