Beruntung Dahlia masih bisa
diselamatkan. Karena dosis masih rendah, pasti dia patah hati lagi. Inikah
tujuan kita memilki seorang kekasih? Seperti orang bilang jatuh cinta itu
indah, tapi satu hal yang harus kita pahami, apabila orang sudah jatuh pasti
akan sulit untuk membangunnya lagi. Untung ada Rosa dia menggantikan aku untuk
menjaga Lia selama aku ke Tabanan. Kakakku yang satu ini pun bernasib sama, aku
harus menemuinya sebelum dia melakukan hal yang sama.
Suasana kota Tabanan yang sejuk
dan segar membuat aku terhanyut dalam kenyamanan yang selalu ku nantikan selama
di Denpasar. Aku pun sekalian liburan di sana. Tante Nuri yang sudah puluhan
tahun di Tabanan menyambut aku dengan sukacita. Kehadiranku seperti memberi
warna baru dalam keluarga itu. Maklum Tante Nuri tak punya anak perempuan.
Sepupuku Kak Pardi dan Pandu yang baru berumur 8 tahun pun senang sekali aku
datang seperti pulang kampung di sambut sama adik sendiri. Pandu pun mulai
dengan kemanjaannya dia tidur sama aku selama aku di sana.
“ Kak Pardi.. kenapa melamun
aja?” sapaku sore itu, saat itu dia sedang termenung dengan rokok di jarinya.
‘ Hei… Melati.. kapan datang?”
sahutnya dengan senyum.
“ Tadi siang.. gimana kabar kak?’
tanyaku lagi.
“ Kabar?.. begitulah… kamu gimana
pekerjaanmu? Enak dong sudah kerja sekarang, mana pacarmu?” ledek dia yang
tentunya membuat aku menghembuskan nafas dalam-dalam dan membuangnya alias aku
Cuma tak punya satu pun jawaban.
“ Yah.. kenapa Tanya yang itu
sih… sudah ah aku mau ke kebun belakang lihat strowbery, sama Pandu.. kak ikut
ya!” pintaku
Kami pun berangkat ke kebun
belakang rumah, alunan seruling Bali yang membayangkan bagaimana suasana
pedesaan yang mendekati surga itu. Aku
dan sepupuku pun menikmati indahnya udara sore itu. Tak lama kemudian aku pun
tiba di sungai, airnya segar seperti air suci ditengah gurun pasir, segar dan
suci. Aku pun membasuh muka tanpa ku sadari Pandu sudah berteriak – teriak
bermain dengan air sambil memperagakan jurus poweranges kartun favoritnya.
Tak lama kemudian aku pun menuju
beberapa hamparan pohon strowbery yang tampak merah , matang dan gemuk, aku pun
tanpa mencucinya langsung menikmatinya. “ Heh.. Mel.. Cuci dulu “ teriak Tante
Nuri yang tiba – tiba muncul dengan keranjang kecil berisi snack, makanan khas
bali jaje kukus( ketan item di kukus terus di isi gula merah dan parutan
kelapa) di tambah lagi teh manis yang masih hangat. Kami pun menyerbu apa yang
dibawa tante Nuri. Tante Nuri pun dengan lincahnya membagikan makanan itu. Hal
seperti inilah yang sudah lama aku rindukan bersama keluargaku. Saat aku
memutuskan untuk tinggal di Denpasar, maka waktu berkumpul dengan keluarga
adalah saat-saat yang paling berharga, tak ada lagi omelan ibuku yang
menyuruhku ini itu, tidak ada lagi ujian-pujian bapakku yang selalu membuat aku
besar kepala. Aku hanya tak mengerti, kenapa Bapakku bangga sekali punya anak
yang seperti aku, putri pertamanya yang paling cantik, hal ini berbeda dengan
ibuku. Beliau lebih suka marah kepadaku daripada menyanjungku atau memberikan
aku penghargaan karena juara kelas atau menang lomba antar kelas waktu aku
masih sekolah dulu.
Cerita tentang keluargaku nanti
lagi, sekarang aku mau mengisahkan cerita Kak Pardi dulu. Dari jauh tampak
Paman Punia membawa seikat rambutan merah dan sebatang buah Kasa yang sudah
menguning. “ Wah paman, dapet dimana, buah itu?” tanyaku sambil merampas bawaan
pamanku yang baik hati itu.
“ Paman tahu kamu datang jadi
buah ini paman sisakan buat kamu…” jawab paman lengkap denga gelak tawanya yang
lucu itu.
‘Hahahaha..’ aku pun ikut
tertawa.
“Hahhaha…” tanpa disangka kak
Pardi tertawa setelah aku tertawa.
“ Kenapa Ketawa?”Tanyaku
“ Ngetawain ketawa mu lucu..
hahhaha” jawabnya sambil mengunyah kue Kukus. Aku pun langsung melempar dia
dengan kulit buah Kasa. Terjadilah adegan kejar kejaran yang membuat aku
terjatuh di antara timbunan tanah bekas panen kentang. Meraka pun makin seru
tertawa. Tapi aku pun terus mengejar. Hingga sampailah di pinggir sungai Kak Pardi
mampu ku taklukkan. Dengan pura – pura terjatuh. Dan dia pun menggendongku
karena kakiku sakit.
“Kak… sekarang kakak jarang di
rumah yah?” tanyaku mengawali pembicaraan.
“ Kata siapa?” Tanya kak Pardi
lagi.
“ Tuh tante bilang… main mulu ya…
kemana? Ikut dong..”Kataku tak mau kalah
“Hm… mau tahu aja!..” sahutanya
pendek sambil menurunkan aku di pinggir kali yang jernih itu.
“ Kak, masih sakit hati ya?
Karena Mbok Desak? Aku ngerti kok..” kataku
tapi kak pardi tak menyahut bahkan seperti takut memendangku.
“ Tapi bukan berarti hidup kakak
berhenti sampai di sini kan?” desakku agar dia mau bercerita.
“ Sulit Mel.. tidak seperti yang
kamu pikir.. dia selalu mengisi pikiranku.. ia pergi bukan kerana kemauannya,
karena adat desa kala patra…yang tidak bisa dihindari Melati?” kata Kak Pardi
seperti keluar dari hati yang terdalam. Aku pun binggung jawab apa.
“ Terus kak mau ngapain? Mau
terus menunggunya, dan kak yakin jika dia juga memikirkan kakak seperti kakak
memikirkan dia, kasihan Tante, Paman, Pandu juga.. Mereka tidak tega, mereka sakit hati juga
melihat kakak begini!” kataku sok tahu padahal aku juga tidak tahu benar atau
tidak.
“
Sudah.. ayo kita pulang sudah sore banget ntar keburu datang kabut!”
katanya mengalihkan pembicaraan. “ Nges, nges.. susah payah cari jawaban ujung
– ujungnya nggak dihirauin” pikirku dalam hati. Tapi tidak apa yang penting aku
sudah berusaha mengajak dia bicara, walaupun hasilnya nihil.
Sudah kuduga tante Nuri pasti
akan menanyakan hal ini, tugasku ini sangat aneh kenapa aku harus jadi dokter
cinta padahal aku sendiri belum pernah jatuh cinta. Pernah pacaran tapi satu
minggu jadian putus itu pun waktu SMP.
Pacar kedua minta putus sendiri setelah 3 bulan bertahan denganku karena
aku cuekin itu pun waktu SMA. Kuliah aku lengkap dengan perjodohan yang tidak
jelas oleh orang tuaku karena kau tak tertarik begitu juga dengan pasanganku.
Dua tiga kali pun ada cowok tetanggaku yang main ke rumah buat mendekatiku.
Tapi aku tinggal nonton dengan teman – teman akhirnya dia ditemani bapak aku
atau nenek aku. Cerita – cerita mereka pun asyik kelihatannya. Namun dia jera
juga datang ke rumah dan pulang sendiri tanpa pamitan. :D wkwkwkkwk sejak saat
itu taka da lagi laki-laki yang mau bermain ke rumahku hanya untuk mendekatiku.
“ Bangun… “ seruan itu aku dengar
dari balik selimut “ Bangun, pemalas..” teriak Pandu, sambil menarik selimut
dan menarikku mengajak ke luar rumah. “ Aduh.. Pandu.. mau Kemana?” Tanyaku.
“ Ayo, Lari pagi… “ seru Pandu.
Aku pun langsung cuci muka dan langsung mengikuti Pandu dan Kak pardi yang
sudah duluan di jalan raya. Jalan ini précis sama dengan jalan di Desaku,
bersih rapi dan segar. Aku jadi teringat dengan Adi, teman Kecil yang aneh itu
yang kini lagi dekat dengan Dahlia. Dan aku yakin sebentar lagi mereka jadian. Dulu
aku suka lari pagi dengannya. Walaupun cowok dia suka olahraga di pagi hari
bahkan bela – belain bangun aku pagi – pagi sekali. Tapi tidak tahu apakah
sekarang dia masih seperti itu atau tidak.
Liburanku usai sudah, aku pun
harus kembali ke kantor karena manajer baru itu selalu menanyakan aku tiap kali
masuk kantor lewat Rossa. Sampai – sampai mereka bilang kalau aku dan Pak Surya
ada apa – apa. Saat pamitan tiba biasa tante Nuri memenuhi tasku dengan
berbagai oleh – oleh buahlah, kacanglah, kripiklah dan berbagai makanan
penganan lainya. “ Tante gak ada tas yang lebih gede?’ tanyaku sambil tertawa.
“ Ada.. pakai ini saja. tenang
saja nanti Pardi yang antar kok sampai di terminal. Ini lagi roti buat sarapan,
yah! jangan telat makan kamu sudah kena Maag itu!’ nasehat Tante Nuri.
“ Tante.. sudah cukup, nanti
Pandu maem apa,, aduh.. kumat deh ah.. tante sudah, aku gak mau ke sini lagi”
ancam aku. Tanteku sudah lebih parah dari Ibuku bila aku berangkat ke Denpasar.
Semua perbekalan mulai dari makanan, bahkan kadang alat-alat memasak dimintanya
aku untuk membawa ke kosan aku, katanya biar gak beli lagi dan aku bisa memasak
dan menghemat biaya bulanan. Benar juga sih, karena ada alat masak seperti
Magic Com atau pengahangat air aku jadi lebih suka masak diKosan daripada jajan
di luar.
Akhirnya aku pun Tiba di denpasar
dengan selamat. Aku masih ingat kata kak Pardi lewat sms “ terima kasih adikku,
semoga kamu bisa menemukan cinta sejati yang tulus mencintaimu. Kamu telah
membuka mata kakak, jaga dirimu’ aku pun tersenyum bis pun melaju Denpasar.
Sambutan meriah aku terima dari Adi dan Rosa yang dari tadi katanya menunggu
aku di Kos. Katanya mereka mau nonton bareng sayangnya aku capek dan tidak bisa
ikut.
Pagi yang cerah tapi kelihatanya
tak secerah kantor karena pagi aku di penuhi oleh tugas tidak jelas dari
manejer aneh ini. Tapi kenapa aku saja
kan masih ada karyawan yang lain.
“ Asyik liburannya?” sapa Pak
surya pagi itu yang nongol begitu saja dihadapanku.
“Hm, Iya.. pagi pak” Sahutku
kaget.
“ Lain kali sekalian aja ambil
cuti yang lebih lama.biar saya siapakan pesangon untuk anda.” Kata Pak Surya
yang membuatku kaget minta ampun sambil berlalu keruangannya.
Gila itu manager baru juga
sebulan sudah berani mengaturku seperti itu. Memangnya apa salahnya aku ngurus
keluarga dulu. Kalo gak inget – inget bayaran kosan bulan depan aja aku
langsung resign dari hadapanmu.
Di ruang rapat yang sunyi senyap
dengan tembang pidato dari pak Manager membuat aku mengantuk hebat. Betapa
terkejutnya saat aku mendengar namaku disebut. “Melati, bisa tolong ambilkan
file saya yang ada diatas meja tadi terlupakan”katanya. “ Baik Pak” sahutku
sambil berjalan keluar.
Huh, kukira dia sadar akan
kelelahaku. Begitu aku balik rapat sudah mau kelar dan file yang aku bawa tidak
jadi dipakai. “ Pak, ini filenya” kataku. “ Terima kasih,Mel mari ikut
keruangan saya ada sesuatu yang harus kamu kerjakan” sahut Pak Surya dan aku
pun hanya bisa mengikuti perintahnya.
Sampai diruangannya aku langsung
dihujani oleh file – file yang harus aku rekap. Baiklah Pak jawbaku dalam hati.
Saat kembali ke meja Puspa melirikku. “ banyak kerjaan ya?” katanya
“ Iya nih” jawabku pendek. “ Sama
ini… “ sahutnya sambil melirik tugasnya juga. “ Oh MG, kau dapat juga” Kataku
heran. “ Kamu baru masuk sih aku dari kemarin sudah hujan kerjaan kaya gini “
gerutunya dan baru kali ini aku melihat dia ngomel karena kerjaan. “ Oya, Puspa,
ntar makan siang bareng yuk!” ajakku. “ Boleh.. makan sate lilit diwarung
sebelah yuk” ajaknya. “ Boleh.. J” dalam hati aku bertanya tumben
nih anak nyambung sama orang, kenapa ya?.
Sedang asyik menikmati sate lilit
tanpa ku duga Pak Surya ada disebelahku sambil berkata “ Lezat nian, kok gak
ngajak – ngajak sih?. Kagetnya diriku sampai keselek dan aku pun terbatuk.
“ Wah, pelan – pelan masih ada
kok satenya “ kata Pak surya lagi. Sambil meneguk air aku pun menarik nafas. “
Lho Pak kok disini? “ kataku
“Emang kenapa, kan aku selalu ada
dihatimu?” gombal yang membuat aku makin bingung sementara Puspa disebelahku
hanya tersenyum.
“ Pak satu porsi lagi sate sama
nasinya ya!” kata Pak surya pada tukang sate. Aku pun menjadi tidak nyaman
makan dengan atasan strik kaya dia, jangan – jangan gaya makanku juga
dikomentari sama dia.
“ Oya, Mel bagaiman kabar Rosa
sudah baikan dia, kapan bisa kerja lagi?’ Tukan apa yang aku pikirkan kejadian,
ini orang gak akan mau deket sama orang kalo tidak ada maunya.
“ Oh, besok dia sudah balik dari
rumah sakit kok” jawabku
“ Kasian si Lia sampai kaya gitu
karena cinta “tambah Puspa mulai bersuara
“ Itulah pejuang cinta sejati
namanya Puspa, gak kaya kamu baru aja tumbuh udah layu lagi kapan
berkembangnya” sahut pak Surya yang membuat aku hanya bisa tersenyum. Tampak
seperti sudah berpengalaman soal cinta.
“ Cinta sejati sesungguhnya tak
akan kemana pak, kalo sudah jodohnya tak kan lari “ sahutku
“ Iya, ngapain harus pake bunuh
diri segala, semua itu tak akan menyelesaikan masalah malah menambah masalah
kan??” sahut Puspa lagi
“ tapi cinta sejati tak akan datang
tanpa diperjuangkan kan? Contohnya kalian berdua, hm hidup kalian gak ada
tantangan karena cinta kalian jauh semua ckckkck.. “ kata Pak Surya sambil menikmati makanan di siang yang terik
ditambah lagi dengan es kelapa muda yang segar.
“ Cie.. pake mojokin kita berdua.
Emang bapak sudah punya pacar?” kataku tak mau kalah
“ Iya nih, bukanya kemarin baru
aja putus, perjuangin tuh cinta sejati” kata Puspa keliahatan mereka sudah
kenal lama.
“ Oh,ya? Tragis… “ seruku sambil
merapikan tempat duduk mau kembali ke kantor.
“ Hemm.. kalian membuka luka
lama” sahutnya kesel. Sungguh jawaban yang tak terduga. Aku kira dia akan
mengamuk dan menghancurkan warung sate lilit kebanggaan kita semua ini.
“ Apa aku bilang makanya jangan
menyalakan api duluan ntar malu – maluin, ckckkc “ kata Puspa sambil tertawa.
Waduh kenapa pembicaraan jadi intim begini. Aku pun mengikuti alur.
“ Maksudnya? Api apa puspa.. “
tanyaku sambil menyembunyikan kekagetanku.
“ Udah ah, si Puspa emang suka
ngada – ngada” kata pak Surya malu dengan muka merahnya
Ternyata pak Surya teman SMA
Puspa yang sudah lama tidak bertemu dan baru dua bulan bertemu setelah balik
dari Columbia. Rencana dia balik ke Bali ingin melamar seorang gadis asal Ubud
yang pernah jadi pacarnya dulu. Alangkah terkejutnya ketika dia tahu pacarnya
baru saja menikah karena dijodohkan sebulan sebelum kedatangannya. Padahal
dulunya mereka saling mecintai orang tua pun sudah pada setuju. Tapi karena
orang tua yang perempuan takut Pak surya tidak tepat janji maka saat ada yang
melamar anaknya diijinkan. Tapi semua telah terjadi sekarang tinggal Pak Surya
dalam penyesalan. Seandainya dia menikah dulu sebelum ke luar negeri pasti tak
akan ditinggalkan begini. Mungkin karena tidak jodoh makanya Tuhan punya jalan
lain untuk Pak Surya. Begitulah hidup yang kadang harus memilih antara cinta
dan karir. Kadang karir menang maka cinta harus dikorbankan.
Duh, kok jadi nyeritain Pak
surya, sekarang Rosa nih. Dikamar kosan yang sempit tapi rame penuh dengan tawa
aku dan Rosa yang sudah pulang dari rumah sakit. Hari itu kondisi Rosa kacau,
akibat tekanan orang tuanya. Orang tua tetap tidak setuju dengan lamaran Andi
yang berasal dari agama lain itu melamar Rosa. Setelah Rosa dan Dahlia tertidur
aku duduk dekat jendela menatap bulan yang setengah lingkaran menyala di balik
awan yang kelam karena hujan. Seperti itukah cinta yang pasti ada walaupun
halangan merintang. Adakah cinta untukku yang sudah tak ingin jatuh cinta ini. Dalam
hati aku memang menginginkan sosok seseorang laki-laki yang bisa mengisi
hatiku. Tapi setelah melihat kejadian – kejadian karena cinta yang menyayat
hati itu. Rasanya lebih tenang tanpa cinta walau harus sendiri bila malam
minggu tiba. Walau harus sendiri bila menangis daripada menagis karena cinta.
Hari berganti hari, Dahlia yang
sempat hampir mati karena bunuh diri dapat kembali metata diri. Terlebih lagi
dengan kehadiran teman-temannya. Pak Surya juga sempat menengoknya. Ternyata
Pak Surya tak sekejam yang aku bayangkan. Berbeda dengan Pak Surya yang
menjalankan fungsinya sebagai atasan Lia, Adi akhir-akhir ini sering aku
temukan bersama Dahlia. Entah kenapa, dalam hati aku bertanya apakah ada
sesuatu?Biarlah…
“ Bangunnnnn… heh Melati Bangun..
“ teriak seseorang dari telingaku. Ternyata itu Adi dan Dahlia mereka ingin
ditemami lari pagi.
“Aduh kalian, mau lari pagi
berdua ngapain ngajak aku.. nggak ah, ngantuk!!!”kataku sambil mengambil
selimut
“ Ayolah… “ kata Dahlia sambil
menarik selimutku yang baru saja aku kenakan. Setelah hampir 15 menit mareka
membangunkan aku. Aku pun beranjak dari tempat tidur cuci muka dan lari pagi
bersama mereka. Sampailah di sebuah taman di sekitar Renon. Aku masih berlari
mengelilingi taman. Tapi mereka duduk berdua. Ngapain mereka katanya mau
olahraga kenapa sekarang malah duduk. Karena sudah siang aku pun pulang.
Setelah sampai di rumah Dahlia sms “ kamu dimana?”. Aku bales “ dirumah”. Balasan
muncul yang mengatakan kenapa tidak bilang mereka mencariku. Sudahlah aku tahu
kok kalian sudah jadian kan? Balasan smsku membuat Dahlia tersenyum. Ternyata
benar mareka jadian sudah seminggu yang lalu. Aku pun balas lagi “
congratulation J “.
Andai semua orang yang jatuh
cinta seperti ini pasti tak akan ada yang patah hati, sakit hati hingga bunuh
diri. Sampai suatu kali Adi menjemputku kekantor dan ingin diantarkan ke mall
untk membeli hadiah untuk Dahlia. Saat itu juga dahlia sms pengen ke mall bareng
sama aku. Aku tolak jadinya.
“ Mel, pulang bareng yuk.. “ ajak
Pak surya saat aku sedeng menunggu Adi di parkiran.
“ Oh, terima Kasih, saya menunggu
teman” sahutku tumben nih bapak – bapak ngajak aku pulang bareng.
“ Oh, ya? Temen apa teman?”
ledeknnya yang membuat aku bingung. Ngapain sih nih bapak sok akrab. Sedang
asyik ngobrol dengan Pak Surya, datanglah Adi dan kami pun berangkat ke mall.
Di mall Adi memilih hadiah seperti
bunga dan boneka untuk Dahlia. Keliahatannya Adi sangat mencintai Dahlia sampai
membeli hadiah pun yang terbayang muka Dahlia. Sedang asyik memilih hadiah aku
berjalan di sekitar mainan kartu ucapan untuk hari Valentine yang lucu dan
cantik tiba – tiba Adi mengejutkanku dari belakang hingga kau mau jatuh untung
Adi menangkapku. Hampir! Saat itu juga aku melihat Dahlia memperhatikan kami
berdua sedang pengangan tangan “ Dahlia” kataku. Tapi tak terdengar olehnya
karena terlanjur pergi. Ahhhh… Adi berlari mengejar Dahlia dan tangan aku
dilepasnya hingga terjatuh beneran. Buggkkk… “Kurang ajar Adi awas kau” umpatku
dalam hati.
To be Continued... ep 3