Pagi yang cerah, tapi tak secerah
hatiku. Pagi itu juga aku harus diculik seseorang di kantorku.
“Puspa! ikut aku” Kataku sambil
menarik tangannya menuju gudang belakang.
“ Aduh, Sakit.. apa sih?” katanya
“ Kamu tahu tentang Pak Surya terhadap
aku?” tanyaku
“ Soal apa?” Tanyanya pura – pura
tidak tahu.
“ Jangan Bohong!” bentakku yang
membuat dia gemetar
“ Iya, tapi semua teman sekantor
juga tahu.” katanya
“Maksudmu?” Tanyaku tidak
mengerti
“ Semua temanmu, Rossa, Dahlia
dan Seruni juga tahu soal Pak Surya yang cinta sama kamu” katanya membuat aku
tercengang dan Puspa pun meninggalkan aku sendiri di Gudang sempit itu.
“Sudah, terima sajalah Mel, kamu
juga lagi jomlo kan?” kata Dahlia usai aku mengintrogasi tiga orang sahabatku
yang kurang ajar itu.
“ Enak, saja!kau pikir aku apa,
bisa jatuh cinta secepat itu! Tapi aku kecewa sama kalian….” jawabku.
“ Kenapa?” Kata mereka bertiga
barengan.
“ Karena kalian ikut campur
urusan percintaanku, kalian jahat!” bentakku
“ Ya, ampun… emang selama ini kamu
tidak ikut campur urusan cintaku dengan Adi?” kata Rosa
“ Apalagi Andi” Sambung Dahlia
“ Sudahlah dia mencintaimu
sepenuh hati kok!” kata Seruni
“ tapi kalau aku tak suka
gimana?”
“ ya elah, cinta itu hadir karena
terbiasa….lagi” kata Dahlia
“ sebenernya kita tak berniat
menyinggung kamu Mel, tapi diantara kita berempat Cuma kamu yang jomblo,
kebetulan banget kan ada yang mau mendekatimu, jadi kita kasi jalan” jelas
Rossa
“ tapi kita tak berniat buat
nyakitin hati kamu Mel…. Sekarang semua terserah kamu saja soal Pak Surya” Kata
Seruni yang diikuti dengan pandangan ketiga temanku yang lain tepat dihadapanku
yang membuat aku makin bingung.
Cinta
memang kadang terbit tak seperti matahari bisa di duga kapan. Walaupun aku tahu
aku ingin punya pacar seperti sahabatku semua. Tapi kenapa aku merasa belum bisa
menerima atau bahkan membalas cinta yang mungkin sudah didepan mata. Pak Surya
atasanku yang pernah tersakiti oleh cinta mulai bangkit tapi aku belum
menerimanya. Dia terlalu baik untukku.
Selama
seminggu setelah kejadian di Danau Tamblingan itu aku tidak pernah melihat Pak
Surya masuk kantor lagi. Kemana ya dia? pikirku dalam hati, inginku tanyakan
sama teman – teman gak mungkin. Mereka
sudah jelas-jelas merah padaku, saat tahu aku mengatakan menolak cinta Pak
Surya waktu itu. Tapi surat sebanyak ini aku minta tanda tangan siapa? akhirnya
kau tanyakan kepada Puspa. Tapi dia malah mengajak aku ke suatu tempat.
Tempat
itu aku kenal, Ubud tempat dimana Tante Nuri dan Pandu sepupuku yang malang
berada. Tapi ngapain aku ke sini. Sampai disebuah rumah yang besar dan indah
dengan ukiran Balinya, lengkap dengan Bale bengong, Pura dan halaman yang penuh
padang rumput dan aneka bunga. Ada bunga Dahlia, anggrek, mawar, Jepun, sandat
dan bunga putih harum itu Melati. Indah Sekali, rumah yang menjadi idaman semua
orang. Aku dan Puspa di sambut baik oleh keluarga tersebut, sepertinya Puspa
sudah sering ke sini. Mereka tampak akrab satu sama lain.
“ Tante, Dia siapa?” Tanya
seorang anak kecil berumur kira – kira 8 tahun
“ Oh, dia teman Om Surya. Om
surya dimana?” Sahut Puspa
“ Om Surya, oya siapa namanya?”
Tanya anak itu lagi
“ Namanya Melati” Kata Puspa lagi
“ Melati, Tante Melati dia yang difoto
itu kan? Tante pacar Om Surya kan?” kata anak itu
“ Dari mana Ade tahu itu?” Tanya
Puspa dan aku pun menoleh
“ Om Surya sendiri yang bilang
sama aku, tiap hari dia cerita tentang Tante, tiap hari juga dia menyebut nama
Tante, Tapi kenapa tante baru datang” Kata Ade yang terlihat sedih
“ Kenapa, Om Surya Ade?” kataku
sambil mendekati anak itu
“ Om Surya… mama, mama…” anak itu
berlari ke dalam mencari mamanya.
“ Di mana Surya Puspa, katakan
padaku?”pintaku pada Puspa tapi Puspa malah diam.
“ Kamu akan tahu suatu kebenaran
Mel,”
“ Maksudmu?”
“ Surya, kecelakaan saat menjemputmu
ke Singaraja dan sampai hari ini belum sadar” kata Puspa yang membuat aku seperti
disambar gledek.
“Tidak mungkin, tidak mungkin”
kataku semakin tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
‘Setiap hari dia hanya memanggil
namamu dengan mata terpejam” kata Puspa
Rasa
yang aku rasakan semakin menjadi entah itu rasa cinta atau benci atau kesal
atau marah. Aku tidak bisa bernafas lagi semua tidak pernah terpikirkan akan
terjadi. Seperti inikah cinta. Diatas tempat tidur itu juga terbaring lemas
Surya dengan perban di kepalanya. Aku tidak tahu apa arti perasaan ini.
Kemudian masuk seorang ibu menyapaku “ Kamu Melati?” kita pun berbicara di
luar.
“
Sebelumnya saya minta maaf, karena baru
bisa menjenguk Pak Surya” Kataku dengan sopan dan selembut mungkin. Sepertinya
ibu ini agak panatic dengan adat sopan santun.
“
Oh, Gak apa – apa! Saya hanya minta tolong jangan sakiti Surya, dia sudah
terlalu sering sakit hati, dia anak ibu laki – laki satu – satunya!” kata ibu
itu sedih dan berlinangan air mata yang membuat aku makin tidak enak. “Mampus
Aku!”pikirku dalam hati
Kenapa
aku tidak mau pacaran sampai sekarang, karena yang satu ini, berhadapan dengan
ibu mertua, mau gimana ya? Belum lagi keluarganya. aku hanya bisa tersenyum
terhadap ibu itu.
Aku
tidak tahu harus berbuat apa untuk Ibu Pak Surya, apa yang aku lihat di rumah
sakit seperti mimpi. Bagaimana Bos aku jatuh cinta dengan aku hingga tak sadarkan
diri seperti ini. Jangankan punya perasaan dengannya, melihatnya di kantor saja
rasanya seperti di Neraka. Sekarang tiba – tiba saja, aku adalah penyebab dia
tak sadarkan diri begini. “ Mel, apa yang terjadi?” kata Dahlia yang daritadi
tak aku membalas smsnya. Aku langsung memeluknya dan menceritakan semuanya
koridor di koridor rumah sakit. “ Lia, apakah aku terlalu jahat? Aku tidak tahu
kalau akan seperti ini jadinya”. Air mataku pun tak bisa dibendung lagi. Aku
menangis bukan karena Pak Surya belum sadar, tapi aku tak mengerti harus
berbuat apa, haruskah aku menerima cinta Pak Surya, haruskah aku berbohong
dengan parasaanku untuk sementara, namun pada akhirnya Pak Surya juga akan
begini.
“ Dia Akan baik – baik saja Mel…” Kata Rosa
yang tiba – tiba muncul di hadapanku. Dari kejauhan tampak seorang laki – laki
dengan mata merah dan wajah marah menuju ke arahku dan menarik tanganku dan
berbicara dihadapanku dengan nada kasar tapi “ Kamu orangnya.. tega…!.. Oh Melati
Yang ini…. “ terhenti setelah melihat wajahku secara utuh.
“ Kak Pardi..?” aku tidak
mengerti kenapa dia begitu marah padaku dan semua orang yang ada di sana segera
memisahkan kita. Karena Kak Pardi sudah tambah marah begitu mengetahui aku
penyebab sahabatnya sampai saat ini tidak sadarkan diri. Padahal aku yang
selalu memberikan dia semangat dan anggapan bahwa masih banyak wanita yang
lebih baik untuknya waktu aku berkunjung padanya sebulan yang lalu.“ Pembohong
kau Melati… kau sama saja dengan perempuan sialan itu!” teriaknya,
Oh Tuhan, kenapa jadi seperti
ini. Apa yang harus aku lakukan? Dalam keadaan situasi seperti ini aku tidak
tahu harus pergi kemana. Sementara Pak Surya masih belum sadar, aku coba bicara
dengan Tante Wari, Ibu Pak Surya yang hanya bisa memandangi wajah putra
kesayanganya itu. Beliau hanya menangis dan tak menjawab pertanyaanku. Aku tak
tahu harus berbuat apa… aku sungguh tak tahu kalau Pak Surya benar – benar
serius padaku. Ingin rasanya aku skip hari ini dan langsung tahun depan karena
benar – benar menyebalkan. Aku selalu pada pihak yang salah, padahal akukan tidak
melakukan tindak kejahatan.
Aku pun pamitan dan tak tahu
pergi kemana, satu hal yang ingin aku lakukan hanyalah menghilang. Aku resign
dan meninggalkan Denpasar mungkin dalam waktu yang cukup lama.
6 Bulan Kemudian
Entah apa yang memberikan aku
jalan, sampailah aku di kota kecil bernama Seririt, di sana aku mendapat
pekerjaan pada salah satu perusahaan swasta. Bukan Melati namanya jika belum
mendapatkan tantangan. Hari raya Galungan tiba. Hari yang paling aku tunggu –
tunggu karena semua keluargaku berkumpul dari berbagai penjuru pulau Bali. Tapi
ada rasa takut dihatiku karena nanti aku akan bertemu dengan Kak Pardi,
sepupuku yang kecewa mati padaku. Sampai sekarang aku masih bingung apa yang harus
aku lakukan untuk menebus kesalahanku ditambah lagi sekarang aku dekat dengan
Adi teman kecilku yang dulu pernah menjadi kekasih Dahlia, namun putus karena Adi
memilih pergi ke Sulawesi melanjutkan kuliahnya atas biaya Kakaknya. Awalnya
aku kesal dengan Dahlia dan Adi kenapa harus putus hanya karena terpisah oleh
jarak, tapi mereka tidak sependapat dengan aku. Namun hal berbeda terjadi pada
Rossa yang juga LDR tapi hubungan mereka tambah langgeng karena hubungn mereka
yang awalnya backstreet bisa berjalan lancer tanpa ada kucing – kucingan lagi
dari orang tuanya.
Kadang aku tertawa, aku merasa
bahwa cinta itu aneh. Kak Pardi yang akhirnya melepas masa Lajangnya setelah
bertahan 5 tahun sendiri setelah putus dengan kekasihnya dulu, akhirnya menikah
juga dengan gadis dari golongan biasa beberapa bulan yang akan datang. Meski
aku tahu Kak Pardi masih kesal denganku tapi aku senang karena dia telah
berubah dan tak sakit hati lagi karena perempuan.
Suasana galungan yang masih ramai
dengan aneka makanan khas galungan di Bali seperti dodol dan tape dari ketan
hitam, kue uli, rengginang, satuh dan kue basah lainnya, begitu masakan khas
Bali yaitu Lawar, sate lilit, urutan yang kaya sosis tradisonal tapi mantap,
pesan dan Tum. Ehm… Yami, aku senang galungan karena beberapa hal tadi selain
sukacita berkumpul dengan keluarga. Seluruh keluarga kakek berkumpul di bale
bengong untuk membantu meghias sanggah dan membuat penjor untuk hari raya
besok. Nenekkku sudah sibuk dengan aneka sesajen yang aku sendiri tak mengerti
bagaimana cara membuatnya. Saat siang tiba, beberapa sodaraku dan sepupuku
asyik berbincang – bincang begitu juga aku dan Kak Pardi. Awalnya aku takut
menyapanya tapi “ Hei Mel, gimana kabarmu? Lama tidak ke Tabanan lagi?” sapa
Kak Pardi sepertinya dia lupa kejadian itu. Karena merasa disapa duluan mau gak
mau aku harus menyahut. Dalam hati aku ingin sekali menanyakan kabar Pak Surya,
itung – itung menebus rasa bersalahku.
“ Oh yah, Mel.. kakak punya
sesuatu untukmu!” kak Pardi menaruh janurnya dan berlari kekamar. Tak lama
kemudian muncul dengan sebuah kertas berlipat seperti sebuah undangan. “ Apa
ini kak? “ tanyaku.
“ Itu dari Surya buat kamu” kata
Kak Pardi santai dalam hati aku berpikir kenapa dia memberikan undangan ini.
Apa maksud undangan ini? Pikirku. Aku pun cepat – cepat memeriksa undangan itu
dan tertulis nama calon kedua mempelai “ Wayan Surya Hadiyana dan Ni Made Puspa
Anggraini “ Wow… Ternyata apa yang aku pikirkan tidak salah. Aku tak bisa
mengekpresikan perasaanku yang berada antara senang dan tak percaya. Jadi siapa
orang yang selama ini menjadi comblang dan juga seseorang yang benar – benar
tahu bahkan lebih tahu seperti apa Pak Surya mengejarku menjadi pendampingnya. Dalam hati aku berpikir jika kuasa Tuhan
melebihi segalanya. Semua orang juga menyesalkanku, kenapa aku benar – benar
tidak mau menerima Pak Surya walaupun dia begitu tulus padaku. Sampai masuk
rumah sakit karena aku dan merelakan segalanya demi aku. Sementara aku sama sekali
tak meresponnya dan malah pergi menghilang saat dia membutuhkanku.Itu semua
kuasa Tuhan. Sejauh apapun Pak Surya mencari dan pergi dari kehidupan Puspa dan
Puspa yang dingin itu juga tidak tahu jika akhirnya seperti ini. Tapi ternyata
Pak Surya juga masih ingin berteman denganku walau kini Puspa telah menjadi
pilihannya. Undangan ini menunjukkan jika mereka tak ingin mengingat terus
kejadian masa lalu yang kelam itu dan mereka masih membuka pintu maaf untukku.
Dari jauh aku lihat kak Pardi
tertawa kecil sambil melihat expresiku. “ what… gimana ceritanya?” seruku.
“ Sudahlah jangan disesali, cari
pacar yang lain aja, udah terlambat!” ledeknya
“ Ye.. siapa yang nyesel, yang
ada malah senang” sahutku sambil meledeknya balik. Seperti melayang diudara
rasanya, lepas dari sangkar emas yang telah membuatku terperangkap ribuan tahun
dan kini aku lepas dari rasa bersalah dan takut bertemu orang yang berhubungan
dengan Pak Surya.
Kak Pardi
pun bercerita bagaimana dia memahami kata – kata yang setahun yang lalu pernah
aku sampaikan saat aku berkunjung ke rumahnya bahwa cinta itu tak harus
memiliki, cinta yang indah itu adalah cinta yang membuat orang disekitarnya
juga ikut bahagia, direstui dan dibangun atas dasar ketulusan. Jadi jika suatu
saat kita menderita karena cinta cobalah untuk ikhlas dan move on. Jangan terus berkutat dalam kesedihan, masih ada orang
disekitar kita, kelurga kita yang selalu mencintai kita. Setiap malam Kak Pardi
mengingat semua itu dan sempat kecewa karena aku menyakiti hati Pak Surya
Sahabatnya yang juga sebelumnya pernah sakit hati sepertinya hingga masuk rumah
sakit. Tapi kejadian itu malah membuat Pak Surya menemukan siapa wanita yang
selama ini benar – benar tulus mencintainya. Kak Pardi juga menyadari jika
jodoh Pak Surya bukan gadis dari Tabanan dan bukan juga aku tapi orang yang sudah
mencintainya hamper 10 tahun lamanya. Tapi rela menyembunyikannya karena ingin
melihat Pak Surya bahagia. Mengetahui hal itu Kak Pardi berpikir, jika saat itu
aku memaksakan diri untuk menerima Pak Surya dalam kebohongan pasti sahabat dan
juga aku tak akan bahagia. Mendengar semua itu hatiku tambah lega.
“
Woowww.. padahal tujuan aku gak sejauh itu kok Kak.. aku Cuma gak suka sama dia
itu saja.. aku gak tahu kalau…” kataku terputus karena Kak Pardi menutup
mulutku dan berkata” kita semua tahu kok, itu makanya tak ada alasan buat kakak
untuk menyalahkan kamu dalam masalah ini… justru kamulah yang telah membuka mata
kakak dari awal tapi baru kakak sadari kini.”
Kedatangan ak
u di
acara resepsi penikahan Pak Surya dan Puspa teman kantorku membuat semua teman
kantorku senang. Bagaimana tidak, mereka semua tahu bagaimana ributnya kantor
yang aku tinggalkan begitu saja hanya karena menghindari atasan yang jatuh
cinta padaku. Baru kali ini ada asistent seperti itu, dimana – dimana
sebaliknya. Pak Surya dan Puspa mungkin sudah melupakan kejadian itu dan
buktinya mereka sudah asyik bercerita tentang cerita – teman – teman kantor
yang cukup seru setelah aku tinggalkan. Mereka berharap aku balik lagi ke
kantor, menggantikan Puspa yang mau resgin.