Cinta telah menyatukan jiwa yang
terpisah, cinta juga bisa mengahancurkan jiwa yang dulunya utuh. demikianlah
cinta diciptakan Tuhan dengan berbagai masalahnya, karena manusia punya
perasaan. Andi dan Rossa tetap langeng begitu juga Dahlia dan Adi mereka
pacaran seperti biasa. mereka sering double date, bila ingin mengajak aku dan
Pak Surya, bossku yang paling menyebalkan itu sering muncul kaya hantu. Hingga
pada suatu moment seluruh staff hotel ikut liburan ke danau Batur. Kita
merencanakan untuk bisa mendaki gunung batur yang dingin itu. Awalnya aku tidak
ikut naik karena kakiku suka keram kalo jalan terlalu jauh. Tapi 2 sahabatku
itu memaksa hingga akhirnya kita pun berangkat.
Entah apa yang terjadi antara
mereka hari itu. Adi balik dengan muka masam dan sedih. Aku juga tidak tahu
harus ngomong apalagi sama dia. Ah, pasangan yang malang baru juga pengen
seneng di Hari Valentine malah layu. Lebih tidak enaknya lagi itu gara diriku.
Aku pulang dengan perasaan yang
tak karuan. Antara kesal dan marah karena Adi membiarkan aku terjatuh demi
mengejar kekasihnya, betapa aku tidak berharga dihadapannya. Bersalah, kenapa
tadi aku pakai terpeleset, walaupun terpeleset tapi tidak harus jatuh dipelukan
Adi juga dan tidak bersamaan juga dengan kedatangan Dahlia yang muncul
tiba-tiba. Tapi kenapa juga, Adi teman aku juga, teman dekat dari kecil. Dahlia
seharusnya tidak pergi dan berbagai dugaan dugaan lainnya. Berperang dengan
perasaan yang tak jelas itu, diperburuk dengan sikap temanku yang lain yang
mulai ikut-ikutan.
Sampai di kosan aku tidak
dibukain pintu sama Rosa begitu tahu tadi aku jalan sama Adi dan entah kenapa
dia juga tahu hal ini.” Rossa buka pintu, dengerin penjelasan aku dulu”
teriakku.
“ Aku gak nyangka ya, kamu
sejahat itu sama temen sendiri. Kamu tahukan Dahlia itu percaya 100% sama kamu.
Dia juga cinta mati sama Adi. Kenapa kamu tega – tega nya kaya gitu sama dia”
omel Rossa dari dalam.
“ Iya, aku tahu tapi buka pintu
dulu. Kalo kamu masih menganggap aku teman, ayolah.. kebelet nih, gak tahan” teriakku lagi sambil
memegang celanaku.
Setelah dibuka pintu langsung aku
lari kekamar mandi.Hari yang aneh.
“ Jelasin apa yang terjadi” paksa
Rosa sambil berdiri tak jauh dari kamar mandi.
“ Heran, aku kenapa cinta begitu
rumit.. rasanya hidup aku gak serumit ini” sahutku dari dalam kamar mandi.
“ Sudahlah, kenapa kamu bisa kaya
gini, jangan bilang karena kamu tidak laku” tebak Rosa mulai sidang yang tidak
sah ini.
“ Ampun deh, Rosa. Kalo mau aku
nyari pacar masih ada banyak yang nungguin aku di luar sana, buat apa aku
ngambil punya temen sendiri, gila apa” kataku setengah teriak, emang ada yang
nungguin benakku dalam hati, krik krik…
“ Terus, tadi di mall, ngapain
sama Adi? “ bentak Rosa
“ Rosaku yang cantik, tadi aku
kepleset dan mau jatuh terus dipegangin sama Adi, gara – gara Dahlia datang dia
malah ngelepas tangan aku jadinya jatuh beneran deh aku, nih smpe sekarang
masih sakit pantatku” ceritaku
“ Terus ngapain kalian di mall.
Berdua lagi” Tanya Rosa bak jaksa penuntut ketua mengajukan pertanyaaan gugatan
yang seolah-olah aku memiliki salah yang besar seperti membunuh orang atau
sejenisnya.
“ Ya, ampun… aku sama Adi temen
dari kecil dari SD gak mungkin aku jatuh cinta sama dia aku tahu dia luar
dalem. Aku tadi anter dia beli hadiah buat Dahlia” jelasku sambil menarik nafas
dalam-dalam karena menahan rasa kesal yang luar biasa sama semua teman-temanku
yang mulai lupa pada kekuatan persahabatan kita hanya karena CINTA.
“ Berani apa?” ancam Rossa masih
tak percaya juga dan aku hanya menarik bibirku sambil berkata:“ Terserah kalian
percaya atau gak” dan Puspa menyelesaikan sidangnya.
Siang
yang panas alangkah sejuknya bila kepala aku tersiram air es. Oh sejuknya aku
sedang makan di warung biasa dengan Puspa dan pak Surya. Tiba – tiba kepalaku
dingin seperti diguyur air apakah hanya hayalan. Ternyata benar “ Jadi sekarang
kau sudah melupakan persahabatan kita yang telah terbangun hampir 5 tahun. Kau
mulai lupa dengan kita saat makan siang pun kamu sudah punya teman baru
rupanya. Aku sudah gak tahan Mel, bila harus kau tusuk dari belakang begini.
Kau rela Adi kamu ambil dari aku tapi kalo kau lupa dengan aku itu lebih kejam
dari apapun?’ teriak Dahlia sambil menguyur aku dengan air es.
“
Ahhhh.. Lia, cukup” bentakku tapi lia malah mendorong aku hingga jatuh dilantai
dan kepalaku terbentur benda keras sakit sekali dan seketika aku merasa pusing
dan aku tidak ingat apa – apa lagi.
“
Mel, bangun bangun.. “ teriak seseorang padaku. Aku tersadar di ruangan rumah
sakit kepalaku masih pusing setelah aku raba ada perban menempel dikepalaku. Di
depanku ada Pak surya yang sedang gelisah memandangku.
“Aku kenapa?” tanyaku.
“ Untunglah kamu sadar, Mel..
malang sekali nasibmu. Kenapa kamu harus menderita karena cinta ckckck” ledek
Pak Surya sambil geleng-geleng kepala yang membuat aku merasa aneh.
“ Mulai lagi nih, kemana Lia.. “
tanyaku
“ Tenang sudah ada aku, kamu gak
akan di dorong lagi kok.. “ kata Pak surya sambil tersenyum merapikan
selimutku. Kalau saat begini pak Surya bukan lagi aku pandang sebagai Boss
menyebalkan. Apalagi nada bicaranya yang lembut dengan bahasa informal lengkap
dengan aku kamu lagi. Dia tampak lebih tampan dan mempesona dibandingkan dengan
saat di kantor. Hohoho.. aduh jangan.. jangan aku tidak boleh jatuh cinta sama
om om itu.
Ternyata lukaku tidak parah dan
aku boleh pulang tapi aku harus istirahat dulu dirumah. Besok adalah hari
valentine hari kasih sayang, tapi nasibku tetap belum bahagia masih saja
menderita karena cinta. Padahal selalu aku jauhi apa itu yang namanya cinta.
Tapi kenapa cinta selalu mengikutiku Ha ahahaha :0
Pagi, melati J” senyuman dari seseorang sudah tak asing lagi
bagiku menyambut hariku dihari Valentine itu dan aku masih terbaring lemas di
temat tidur. Ternyata Rosa diikuti oleh Adi, dibelakangku juga ada Dahlia dan Andi.”
Wah, Ngapain kalian?” Kataku Kaget.
“ Menurutmu?” Kata Rosa senyum –
senyum melirik Andi saat itu juga Dahlia mendekatiku dan minta maaf atas apa
yang terjadi kemarin. “ Semua itu karena aku sangat mencintai Adi, aku tidak
mau kehilangan dia” katanya padaku.
“ Sudah, yang berlalu biarlah
berlalu. Asal jangan kau ulangi lagi. Parah kau kemarin.. ah. Sekarang tanggung
jawab nih, aku gak punya pacar sementara kalian sama pasangan semua dihari Valentine
lagi agaghahah.. keluar kalian kalian.. “ brontakku sambil melempar selimut.
“ Ow.. tenang sobat kita sudah
siapkan kok!” kata Adi tiba – tiba
“ Maksudmu?” kataku sambil
memandang si Adi
“ Tada.. Ini lah Hadiah Valentine
dari kita” teriak Rosa sambil mendorong Pak Surya atasanku yang menyebalkan
itu.
“Apa?” kataku sedikit tidak
percaya Pak Surya muncul dihadapanku sambil membawa seikat bunga.
“ Happy Valentine Melati.. Ini
aku bawakan seikat Bunga kesuakaanmu Kamboja” keluar dari bibir Pak Surya
dengan penuh ketulusan. Aku pandangi satu persatu sahabatku dengan penuh
kecurigaan dalam hati “ Apa yang kalian lakukan Awas ya, setelah ini” gerutuku
dalam hati
“ Terima dong Melati!” pinta Rosa
dan aku pun mulai berpikir, jangan-jangan temen-temen aku diancam sama om-om
ini untuk mendukung kejutannya yang tidak lucu ini.
“ Thanks Pak, hari kantor tutup
ya? Kok Bapak bisa kemari?” kataku mengalihkan pembicaraan menutupi
kekesalanku.
“ Ya, ampun mentang – mentang
sakit. Hari ini hari minggu Neng, “ seru Andi
“ Oya..?” kataku yang membuat
seisi ruangan tertawa mengakhiri adegan romatis dari Pak surya tadi.
“Baiklah, Rosa dan Dahlia lakukan
tugasmu kita tunggu diluar Yah, “ Kata Adi mengajak Andi dan Pak Surya menunggu
keluar. Sementara aku masih bingung mau ngapain mereka. Mataku ditutup oleh Lia
kemudian naik mobil dan setelah sampai di suatu tempat yang agak dingin. Kemana
Ya?
Ternyata setelah mataku dibuka
aku baru sadar kalau aku berada di danau Tambilangan. Tempat dingin yang paling
aku suka kalau pulang kampong. Suara
burung, gemericik air, angin semilir ditambah lagi bunga warna – warni ada juga
bunga pecah seribu warna agak kebiruan yang sangat sering aku gunakan saat
membuat canang di rumah sungguh menakjubkan. Di sekelilingku ada hutan
belantara yang lebat dan hijau dalam perbukitan yang alami. Diatasnya ada kabut
tipis yang menunjukkan betapa dinginnya tempat itu. Air danau yang biru dengan
ombak kecil bila ditiup angin. Tanaman air pun bergoyang seperti ikut menari
dalam senandung alam yang damai. Saat
itu juga aku dengar suara Sarasdewi menyanyikan Lembayung Bali. “ andai Jiwaku
tak terbatas bebas melangkah mengulang waktu, hingga masih bisa kuraih dirimu….
“
Senyuman sahabatku dari tengah
danau menyambut hatiku yang terasa teduh dan damai setelah terlepas dari semua
himpitan dan batasan duniawi. Tuhan tak pernah menciptakan batasan itu, hanya
manusialah yang membuatnya. Bukankah dimata Tuhan semua dipandang berdasar amal
dan perbuatan bukan atas dasar tingkatan social atau kasta, agama, ras atau
apapun itu yang membuat semua yang susah jadi tambah susah. Sudahlah lupakan
sejenak itu aku mau mancing ikan dulu keliahatan lebih seru.
Selama perjalanan 2 orang temanku
itu selalu manja dengan pasangannya masing – masing membuat aku geram. Peserta
naik gunung ada 15 orang dengan seorang pemandu genap 16 orang. aku jalan
sendiri ditengah dua sahabatku yang aneh itu. Begitu juga Adi dan Dahlia. Yang
aku tahu Adi tidak seromantis itu dulunya. kenapa kini jadi Romantis gila gitu.
‘ Sayang, Bunga ini bagus deh
buat kamu” kata Adi pada Lia sambil memetik bunga itu dan memasangkan di
telinga Lia. Lia dengan kedipan matanya makin klepek – klepek dan aku mau
muntah Ueeek.
“ Oh, Makasih, sayang’ Jawab Lia
lembut dan aku melihatnya sambil geleng-geleng kepala.
Lain lagi ceritanya dengan Rossa
dan Andi. Mereka lebih sering pengangan tangan ketika berjalan ditempat licin.
“ Hati- hati, sini aku gendong!”
Pinta Andi dengan sigapnya
“ Aduh, gak usah aku bisa
kok”sahut Rosa malu – malu
“ Sini!”sambil menggangkat Rosa
dan Rosa berteriak dengan manjanya hingga lewat tempat becek baru Rosa
diturunkan dengan canda tawa.
“ Ampun, apalah artinya aku. Kenapa
aku ikut kesini kalo hanya untuk jadi obat nyamuk” teriakku sambil memukul
kepala. Seketika itu tanganku dipengang seseorang ketika ku menoleh aku lihat
seorang pemuda, tinggi. rambutnya belah dua tidak gendut dan tidak kurus,
perfect. kelihatannya dia seorang intelektual yang bertitle tinggi. siapa dia?
sepertinya aku kenal?
“ Apa yang kau pikirkan hingga
memukul kepalamu sendiri?” seru si cerewet Surya aku masih terdiam dan tak bisa
menjawab karena kaget.
“ Oh, Bapak, saya..’kataku
terputus.
“Sudah aku peringatkan jangan
panggil aku Bapak, aku belum punya anak! ayo.. ngapain disini, diatas jauh
lebih indah” katanya sambil menarik tangan aku.Pak Surya memang bukan Bapak –
Bapak, wajahnya masih tampan, kulitnya putih dengan rambut belah yang membuat
dia begitu mempesona seperti yang sering dikatakan Rossa. Umurnya pun tidak
beda jauh denganku, dia masih cukup muda.
Kami pun melanjutkan perjalanan
hingga sampai puncak. Puncak yang sangat dingin dan tampak jelas danau Batur
yang sangat indah berwarna biru dengan pinggiran hijau. Jeruk bali dan bunga
Pecah seribu menambah indahnya tempat itu. Ingin aku menulis puisi tentang
indahnya anugrah Hyang Widhi saat ini. Akankah semua ini abadi? seperti cinta
orang tuaku yang abadi hingga aku sebesar ini. Akan ku abadikan dalam puisiku
yang berjudul Danau Batur. Saat menulis puisi tiba – tiba aku kepikiranan tadi kenapa
Pak Surya tiba – tiba ada dibelakangku. Aneh. Tak lama kemudian rombongan mulai
turun, Karena kabut mulai menutupi pemandangan indah tersebut. Didepanku masih
juga kulihat secara tidak sengaja dua sejoli Adi dan Dahlia dengan
kemesraannya, aku pun berhenti dan membiarkan mereka jalan duluan.
‘Hai, Mel. kenapa diem ayo jalan”
sapa Rosa yang lagi jalan sambil rangkulan dengan Andi yang tersenyum disampinganya.
‘Sial… “ kataku kenapa keluar dari lubang
buaya masuk mulut harimau.
“ Kenapa kamu Melati” seru Seruni
dengan pasangannya juga yang juga lewat dihadapanku melihat mukaku cemberut.
“Gila aku benar – benar salah
tempat, kenapa semua dengan pasangannya. Awas kalian berdua, kalian telah
membuat aku jadi orang asing disini” Umpatku dalam hati. Setelah beberapa lama
kemudian aku pun berjalan. tiba di sebuah persimpangan aku pun mememilih jalan
lurus. Tapi kenapa jalan ini melewati perumahan penduduk yang tadi tidak aku
lewati. Aku pun berjalan terus tidak sadar mulai tersesat. setelah beberapa
saat aku mulai takut dan berlari balik kearah sebaliknya karena maresa ganjil
dengan jalan ini. Aku dimana ini? kataku dalam hati.
Kakiku menginjak kubangan, mulai
aku rasakan dinginnya air gunung itu. Hah?sepatuku basah. aku pun melajutkan berlari.
Setelah sampai dipersimpangan terakhir aku tadi aku berhenti karena kakiku
tidak bisa bergerak lagi. Aku pun duduk, dingin mulai menyusup. Nafasku
tersengal – sengal, kepala pusing dan mulai sadar aku ketinggalan teman –
teman. Aku lihat handphone, tidak ada singal sama sekali padahal hari mulai
sore. Aku pun berteriak. tapi hanya sekali karena mulutku mulai bisu. Oh..
Tidak, Tuhan Selamatkan aku. Tiba – Tiba terasa hangat. aku pun tertidur.
Aku terbangun, didepanku ada api
ungun dengan sosok yang aku lihat tadi pagi.
“Pak Surya!” Seruku, dia menoleh
dan mendekatiku.
“ Kau sudah bangun? Kau tadi kedinginan
dan tertidur, maaf aku merangkulmu tadi” katanya yang membuat aku malu.
“ Oya?” Kataku kaget.
“ Hm, minum susu hangat itu. ntar
kalau matahari terbit akan ada yang menjemputmu”katanya dan aku pun mengikuti
perintahnya.
Sejak hari itu perhatian Pak
Surya beda padaku. Dia jarang marah bahkan sering sms sekedar menanyakan sudah
makan dan kita suka makan sianga bareng. Sering aku tanyakan kenapa kamu
seperti ini padaku mempertimbangan posisi dia di Kantor sebagai atasan aku. Dia
hanya menjawab “ tak ada salahnya kita jalan sama teman kan?”. “ Tapi yang lain
juga teman, kenapa aku lebih sering jalan sama Bapak daripada Anda dengan yang
lain, aneh tahu”. Dan dia hanya tersenyum. saat aku mulai menghindar selalu
berhasil dia temukan aku. Suatu saat aku tidak masuk kantor 2 hari karena
pulang ke Singaraja untuk menenggok Nenek yang lagi sakit. Handphone aku mati,
tapi tak ku duga, Pak Surya malah datang ke rumahku. Alangkah kagetnya diriku
dan orang tuaku langsung menjamunya dengan hormat begitu tahu dia bosku.
Aku pun makin gerah dan hari itu
juga aku balik ke Denpasar. Pak Surya pun ikut serta dengan terus mengomel
selama perjalanan. Hingga akhirnya kami berhenti di pinggir Danau Tamblingan
yang dingin apalagi hari itu sedang mendung.
“Shut up!” Bentakku.
“ Kenapa? Salah aku ke rumahmu
sebagai seorang sahabat”jawabnya
“ Apa maumu Pak Surya Hadiyana
terhormat?Kenapa kau ingin menjadi sahabatku?” Bentakku langsung dihadapannya
dengan perasaan yang bercampur aduk.
“Aku tidak mau jadi sahabatmu
jika kerjaanmu selalu menggangguku terus!Apa maumu?” kataku lagi tapi Pak surya
malah diam tak bicara melihat aku mengamuk. Terlihat dia canggung dan terbata –
bata untuk menjawabnya.
“ Kalau tidak bisa jawab
menjauhlah dariku, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan, mengerti?”
kataku dan pergi meninggalkan dia pergi.
“Tunggu!” katanya kemudian
menghentikan langkahku.
“ Melati, Aku.. aku suka
kamu?”katanya kemudian yang membuat aku kaget, jadi selama ini dia melakukan
semuanya, semuanya mulai dari sering mengikuti aku kemana pun aku pergi, makan
siang, di rumah sakit, di Batur hingga pulang kampong? pikirku dalam hati. Aku
pun tidak tahu harus menjawab apa, haruskah aku mengatakan jawabannya sekarang,
tapi jika tidak aku terlihat memberi harapan. Jika aku tidak menjawab sama
artinya aku telah mempermainkan perasaannya. Akhirnya….
“Tapi, aku tidak suka dengan
Bapak!” kataku dan aku berlari pergi meninggalkannya sendiri. Mungkin kata – kataku
sangat tidak berperasaan.
Bersambung